Mengkritisi Tulisan Julius Sangguwali
Oleh : Maks Fioh
Membaca tulisan Sdr. Julius Sangguwali (JS) dengan judul Bagaikan Bumi dan Langit, Air Keruh di Hulu Sampai Jua ke Muara, Indah Kabar Dari Rupa, Jauh Panggang dari Api, Sub Judul: Ikut Wacana Doktrin Tritunggal, bagi saya bukan sesuatu yang baru, maksud saya inti tulisan JS sudah sering dibahas oleh penulis yang lain seperti sdr Esra Alfred Soru, Nelson Liem, James Lola, Frans Donald, David Meyners, Dr. Eben Nuban Timo, dll dan karenanya jika para pembaca selalu mengikuti opini–opini Timex seringkali kita disuguhkan dengan polemik–polemik doktrinal yang dilakukan oleh sdr. Esra Alfred Soru cs (kaum Trinitarian) melawan sdr. Frans Donald cs (kaum Unitarian).
Hampir tak terhitung lagi berapa banyak tulisan yang sudah diturunkan Timex. Di satu sisi saya berpikir bahwa mengapa kita begitu sibuk beradu argumen dan bersilang pendapat soal Tuhan Allah yang adalah pencipta kita semua, kita sama – sama diciptakan oleh satu Allah, lalu mengapa hal itu diributkan? Apakah Tuhan Allah membutuhkan pembelaan kita ? Apakah kita semua yang adalah debu tanah liat ini layak jadi pahlawan untuk membela kebenaran Allah ?
Siapakah manusia yang mengatur Allah dan bahkan menghakimi Allah ? mungkin saja sejumlah pertanyaan ini timbul dalam benak saudara tapi di sisi lain saya juga bertanya – tanya dalam hati, salahkah jika kita berbicara dan menulis tentang Tuhan Allah, salahkah jika perbedaan dan pertentangan ajaran itu diperdebatkan ? Setelah saya renungkan saya berkesimpulan bahwa perdebatan itu tidak salah. Ya, debat itu tidak salah sepanjang debat itu dilakukan dengan motivasi yang benar dan dimaksudkan untuk mencapai satu dasar kebenaran yang valid dan bertanggung jawab.
Walaupun kadangkala saya merasa sedikit risih dengan penggunaan kata dan kalimat yang keras bahkan terkesan kasar, namun anggaplah itu bumbu–bumbu penyedap rasa dalam perdebatan / diskusi.
Dengan keyakinan seperti di atas maka saya juga memberanikan diri untuk turut meramaikan wacana berteologi lewat media ini. Seperti yang sudah disinggung di awal tulisan ini, bahwa saya sudah membaca tulisan di sekitar doktrin Tritunggal, namun ada satu tulisan yang membuat saya merasa tertarik untuk menanggapinya yakni tulisan saudara Julius Sangguwali (Opini Timex 12 – 15 Januari 2009). Dalam rangkaian tulisannya JS ikut berwacana tentang doktrin Tritunggal dan menurutnya doktrin Tritunggal itu tidak Alkitabiah.
Dalam penjelasannya yang panjang lebar itu JS sangat menekankan bahwa Tritunggal bukanlah ajaran Alkitab melainkan hasil rekayasa dan olah pikir manusia saja. Membaca tulisan JS ini, saya langsung menduga bahwa JS adalah anggota aliran sesat Saksi Yehuwa ataupun anggota kaum Unitarian (anti Trinitarian) meskipun demikian dalam keterangan penulis dicantumkan, penulis : Pemikir Bebas, Guru Bahasa Inggris, tinggal di Kupang.
Mengapa tidak sekaligus memproklamirkan diri sebagai penganut bidat Saksi Yehuwa atau penganut Unitarian / Kristen Tauhid (grupnya Frans Donald) ? Masih malu – malu memperkenalkan identitas diri ya? Kalau kita selalu dan rajin membaca tulisan – tulisan sejenis (tulisan anggota Saksi Yehuwa / Unitarian) maka salah satu argumentasi dasar yang selalu dibangun dan dipakai untuk menyerang kaum Trinitarian adalah soal istilah Tritunggal / Trinitas.
Menurut JS cs alasan penolakan mereka terhadap doktrin Tritunggal adalah fakta bahwa tidak ditemukannya satupun kata Tritunggal dalam Alkitab. Menurut mereka karena istilahnya tidak ada maka jelas ajarannya tidak ada. Perhatikan kata – kata JS berikut “ Dari asumsi ini maka mau tidak mau langkah pertama yang perlu dipertanyakan, apakah kata Tritunggal / Trinitas ada dalam Alkitab ? semua pihak setuju menyatakan : tidak ada ! Kalau begitu, jika dasarnya tidak ada, mengapa doktrin ini : dari tiada menjadi ada ? Konsekwensi dari tidak adanya satu kata/istilah Trinitas atau Tritunggal, pasti berimbas pada penafsiran Alkitab yang bisa jadi sangat dipaksakan dan mengada – ada”
Saudara JS jujur saja yah, anda ini seorang anggota bidat Saksi Yehuwa ataukah seorang anggota Unitarian (grupnya Frans Donald)? Saya yakin salah satu di antaranya atau bisa jadi kedua – duanya. Membaca sepenggal kalimat anda yang saya kutip di atas membuat saya tertawa terpingkal – pingkal melihat kenaifan anda kalau tidak mau dikatakan kecerobohan anda yang adalah seorang Guru Bahasa Inggris.
Sdr JS saya melihat bahwa anda, para Saksi Yehuwa, kaum Unitarian dan kaum anti Trinitarian lainnya selalu saja memakai argumentasi yang sama padahal entah sadar atau tidak argumentasi kalian semua jadi bumerang dan membunuh kalian sendiri. Yah senjata makan tuan – tuannya. he he... sudah mampu berpikir ? Di mana letak bumerangnya, butuh pembuktian ? Baik saya tunjukkan.
Jika anda adalah seorang anggota saksi Yehuwa jawab pertanyaan saya : (1) Adakah kata/istilah Yehuwa dalam Alkitab ? (2) Adakah kata/istilah Balai Kerajaan dalam Alkitab (kecuali Alkitab Saksi Yehuwa, New World Translation (Terjemahan Dunia Baru). Cukup dua pertanyaan saja. Untuk mencari tahu jawabannya silahkan anda cari literatur – literatur terbaik untuk mendapatkan jawabannya dan jangan lupa konsultasikan dulu dengan para senior anda biar lebih komplit jawabannya. Saya beri sedikit bocoran.
Saya pernah bertanya hal yang sama kepada seorang Saksi Yehuwa. Apa jawabannya? Rekanmu itu menjawab kalau soal kata atau istilah Balai Kerajaan itu hanya nama tempat ibadah kaum Saksi Yehuwa. Sedangkan istilah Tritunggal/Trinitas itu kan berhubungan dengan doktrin. Mendengar jawaban itu spontan saya berkata, “goblok sekali”. Saya bertanya lagi pada dia, apa sih doktrin itu lalu dia menjawab, doktrin sama dengan ajaran.
Akhirnya saya berkata pada orang itu, kalau istilah Tritunggal dihubungkan dengan doktrin, sedangkan istilah Balai Kerajaan tidak ada hubungan dengan doktrin ? Bukankah istilah Balai Kerajaan adalah doktrin/ajaran Saksi Yehuwa tentang tempat ibadah mereka ? Berhubungan dengan doktrin/ajaran kan ? Balai Kerajaan kan bagian dari Eklessiologi / doktrin gerejanya Saksi Yehuwa.
Lebih lanjut saya bertanya dari mana anda tahu penyebutan nama Yehuwa, padahal dalam Alkitab bahasa asli Ibrani nama diri Allah hanya disebut dengan empat huruf mati/tetragramaton YHWH. Apalagi dalam penyebutan secara bahasa Indonesia kaum Saksi Yehuwa membuang huruf H dari YHWH itu dan menyebutnya dengan nama Yehuwa. Saudaramu itu bungkam seketika bagai orang bisu. Bocoran soal dan jawaban di atas boleh anda pakai sebagai jawaban anda atau kalau punya jawaban yang lain silahkan diberikan.
Jika anda seorang Unitarian jawab pertanyaan saya : (1) Adakah kata/istilah Unitarian dalam Alkitab ? (2) Adakah kata/istilah Kristen Tauhid dalam Alkitab ? Cukup dua pertanyaan saja. Pertanyaan di atas untuk anda dan juga Frans Donald (pentolan Unitarian/Kristen Tauhid). Silahkan diskusikan dengan Frans Donald dan semua kaum Unitarian lainnya.
Untuk mengingatkan kembali anda pada apa yang anda tulis, saya kutipkan kembali yah, dengan sedikit perubahan : “Dari asumsi ini maka mau tidak mau langkah pertama yang perlu dipertanyakan, apakah kata Unitaris atau Unitarian ada dalam Alkitab ? Semua pihak setuju menyatakan : Tidak ada ! Kalau begitu, jika dasarnya tidak ada, mengapa doktrin ini : dari tiada menjadi ada ? Konsekwensi dari tidak adanya satu kata atau istilah Unitaris atau Unitarian, pasti berimbas pada penafsiran Alkitab yang bisa jadi sangat dipaksakan dan mengada – ada”, sudah jelas Pak? Sudah cukup diingat kan Pak Julius. Kaum Unitarian dan Saksi Yehuwa selalu menolak Doktrin Tritunggal dengan salah satu alasan dasar yakni ketiadaan istilah Tritunggal dalam Alkitab. Sekarang coba lihat, kita tunggu pembuktian JS dan rekan – rekannya atas sejumlah pertanyaan di atas.
Oh ya sebelum saya lupa, JS juga mengutip kalimat dari Dr. Eben Nuban Timo kan ? Berikut bunyi kutipan dari tulisan Dr. Eben Nuban Timo (Timex, Kamis, 23 September 2004) di bawah judul : “Sisi Lain Dari Sejarah Doktrin Trinitas”, “kita lihat bahwa doktrin Trinitas itu berkembang. Ingat ajaran Trinitasnya yang berkembang bukan Tritunggalnya yang berkembang. Dia berkembang karena tuntutan zaman, ...”. Sdr. JS, terlepas dari benar tidaknya argumentasi yang dibangun oleh Dr. Eben Nuban Timo namun saya secara pribadi menduga bahwa Dr. Eben Nuban Timo juga tidak percaya Trinitas / Tritunggal seperti anda.
Mengapa saya bisa menduga seperti itu? Karena Dr Eben Nuban Timo pernah menulis pada opini Pos Kupang di bawah judul : “Yesus dan Orang Lain” (2 Agustus 2008). Dalam tulisannya secara eksplisit Dr. Eben menulis bahwa Yesus bisa keliru menilai orang lain. Berikut pernyataan Dr. Eben yang saya kutipkan di sini : “ Yesus tidak hanya ada di antara okhlos untuk mengajar mereka. Yesus tidak datang kepada rakyat sebagai orang yang serba tahu.
Ia bersifat terbuka kepada mereka, bahkan ia belajar juga dari mereka. Dalam pertemuan dengan rakyat, Yesus siap membaharui, bahkan juga mengubah pendapat dan pandangannya yang semula keliru terhadap orang lain. Suatu kali Yesus bertemu dengan seorang perempuan yang agak berani.
Yesus menyamakan perempuan itu dengan anjing yang tidak pantas diperhatikan sama dengan anak kandung. Setelah perempuan itu mengajukan dasar – dasar yang valid dari tuntutanya itu, Yesus segera mengubah pendapatNya (Ringe, 1998:63). Ia membenarkan perempuan itu (Mk. 7 : 24 – 30). Itulah statemen Dr. Eben Nuban Timo.
Hal inilah yang membuat saya menduga bahwa Dr. Eben Nuban Timo juga tidak percaya Tritunggal. Mengapa ? Karena doktrin Allah Tritunggal hanya bisa kokoh berdiri jika kita mengakui keilahian Yesus Kristus yang adalah Pribadi kedua dalam ke-Tritunggalan Allah. Dan kepercayaan terhadap keilahian Yesus Kristus hanya bisa kokoh berdiri jika kita yakin bahwa Yesus adalah Allah yang Maha Suci, bebas dari dosa dan kekeliruan sekecil apapun. Tetapi faktanya ? Dr. Eben menulis bahwa Yesus bisa keliru / salah / khilaf. Jadi menurut pemahaman Dr. Eben Yesus bukan Allah, masa’ Allah koq bisa keliru ?.
Dengan demikian saya punya keyakinan bahwa Dr. Eben Nuban Timo juga tidak percaya pada Allah Tritunggal. Sebenarnya saya juga heran, mengapa Dr. Eben bisa menulis bahwa Yesus bisa keliru ? Padahal saya pernah membaca tulisan Daud Tari (bekas mahasiswanya Dr. Eben). Daud Tari ketika masih duduk di bangku Sekolah Teologia di Fakultas Teologia UKAW Kupang, menulis dalam opini Timex di bawah judul : “Salahkah Pluralisme Agama”, sub judul “Agama dan Doktrin bukan untuk Allah tapi untuk Manusia” menulis bahwa “ Yesus tidak keliru, tetapi pemahaman kita tentang Yesus bisa keliru” (Timex, Senin 20 Februari 2006).
Bagaimana ini? Dr. Eben bilang Yesus bisa keliru dan Daud Tari bilang Yesus tidak keliru. Jadi sesungguhnya siapa yang keliru ? Dr. Eben yang keliru mengajar atau Daud Tari yang keliru mendengar ? Entahlah, Pak Eben dan Pak Daud, tolong jawab pertanyaan itu dulu ya.
Kembali ke pak Julius lagi . Pak sebenarnya saya tertarik juga untuk menanggapi argumentasi anda yang lain, tetapi dengan melihat ketidakkonsistenan anda di awal tulisan anda saja sudah cukup membuat saya malas untuk menanggapi lebih lanjut. Akhir kata saya ingin mengutipkan sedikit ayat Alkitab untuk anda : “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di matamu.
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudara mu (Mat 7 : 3 -5). Juga sebuah pepatah “Kuman di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak kelihatan.” Yah, hanya orang – orang yang buta mata hatinya dan yang membutakan matanya yang tidak mampu melihat kebenaran Allah Tritunggal yang diwahyukan di dalam Alkitab. “Tidak ada orang yang lebih buta dari orang yang tidak mau melihat”. Soli Deo Gloria (SDG)
*) Penulis, Pemuda Kristen, warga GMIT, tinggal di Rote
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar