Bagian Terakhir Dari 4 Tulisan
Oleh : Julius Sangguwali
DOKTRIN Tritunggal begitu mempengaruhi cara berpikir para penganutnya sehingga memiliki pandangan “nyeleneh” untuk mempertahankan bahwa doa orang Kristen dapat ditujukan kepada Tu(h)an Yesus, selain kepada Bapa, Allah Yahweh. Alasan pertama, EAS (Esra Alfred Soru) menulis, “Jika Romo Tom Jacobs tidak lagi berdoa kepada Yesus, lalu bagaimana si Guru Besar Tafsir Kitab Suci ini memahami kata-kata Yesus dalam Yoh 14:14: ‘Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya’. Bukankah kata ‘kepadaKu’ ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya boleh ditujukan kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus? Leon Moris (NICNT) berkata: ‘Keduanya (Bapa dan Anak) tidak terpisahkan, seperti dalam sepanjang paragraf ini. Itu sebab doa bisa ditujukan kepada yang mana pun dari mereka’ (New International Commentary of the NT, hal 646).”
Alasan EAS menganggap patut untuk berdoa kepada Yesus, salah satu alasannya karena Yoh. 14:14 ini. Tetapi mengapa EAS hanya memperhatikan ayat 14 saja, dan mengabaikan ayat-ayat lain? Dengan berbuat begitu, jelas EAS melakukan penafsiran: Jauh panggang dari api; mengabaikan konteks ayat.
Memiliki Peranan Vital
Latar belakang Yohanes 14 dibuka dengan ungkapan di ayat 1, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” Kata-kata ini diucapkan Yesus kepada para pengikut sebelum kematiannya sebagai korban tebusan. Sebagai orang Kristen, harus beriman kepada Allah dan kepada Putra-Nya. Maka, orang-orang Kristen yang berhasrat menghampiri Allah dalam doa, hendaknya melakukan itu dalam nama Yesus. Di ayat 6 Yesus memberi tahu murid-muridnya, “…’Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.’” Yesus memiliki peranan vital sehubungan dengan maksud-tujuan Bapa-nya, Allah Yahweh. Mustahil untuk memiliki hubungan yang diperkenan dengan Allah tanpa beriman kepada korban tebusan Yesus Kristus. Sebab itu Yesus di ayat 13 menyatakan, ‘dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Perhatikan kata-kata terakhir, ‘Bapa akan dipermuliakan di dalam Anak’, jika doa itu dipanjatkan kepada Bapa (Yahweh) melalui Yesus (silakan EAS bandingkan dengan ayat paralel, yaitu ayat 23 dan 24 dari pasal ini).
Lalu bagaimana dengan ayat 14? Dari uraian di atas, ayat ini tidak berdiri sendiri. Walau ayat 14 diterjemahkan oleh Alkitab TB (Terjemahan Baru) sebagai, ‘Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya’, yang mengakibatkan EAS berpendapat, “Bukankah kata ‘kepadaKu’ ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya boleh ditujukan kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus?” Tafsir yang dipaksa oleh EAS ini akan runtuh jika diadakan studi perbandingan ayat dari Alkitab lain.
Kata ‘kepadaKu’ di ayat 14 ini yang menjadi tumpuan EAS, ternyata tidak ada di sejumlah Alkitab. Good News Bible (Alkitab Kabar Baik) (2004) menerjemahkan ayat ini menjadi, “If you ask me for anything in my name, I will do it” (“Apa saja yang kalian minta atas nama-Ku, akan Kulakukan”). Kitab Suci Komunitas Kristiani (2002) menerjemahkan, “Dan segala sesuatu yang kamu minta sambil menyerukan nama-Ku, akan Kubuat.” The Kingdom Interlinear Translation of the Greek Scriptures (1969) menerjemahkan, “έάν τι αίτήαητέ με έν τώ όνόματί μου τοûτο ηοιήσω/if ever anything YOU should ask me in the name of me this I shall do (If YOU ask anything in my name, I will do it/Jika kamu meminta apa pun dengan namaku, aku akan melakukannya).
Dari perbandingan demikian, maka kata ‘kepada-Ku’, di tiga terjemahan tersebut, sekali lagi tidak ada. EAS keliru berpendapat, “…bahwa doa bukan hanya boleh ditujukan kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus”, yang sangat mengekor pada penafsiran/pendapat Leon Morris. Ya, EAS terlalu jauh panggang dari api ketika menafsirkan Yoh. 14:14. Padahal konteks ayat-ayat di Yohanes pasal 14, menunjuk kepada kedudukan unik Yesus--bukan hubungan yang “tidak terpisahkan” pribadi dalam tritunggal. Tentang hal ini Cyclopedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature (oleh John McClintock dan James Strong, 1981, Jil II, Grand Rapids, Michigan) menulis, “The object of prayer is God alone, through Jesus Christ as the Mediator. All supplications, therefore, to saints or angels are not only useless, but blasphemous. All worship of the creature, however exalted that creature is, is idolatry, and is strictly prohibited in the sacred law of God” (Tujuan doa adalah Allah sendiri, melalui Kristus Yesus sebagai Perantara. Oleh karena itu, semua permohonan, kepada orang-orang kudus atau kepada para malaikat tidak saja sia-sia, tetapi menghujah. Semua ibadah kepada makhluk ciptaan, tidak soal seberapa ditinggikan makhluk itu, adalah penyembahan berhala, dan dengan keras dilarang hukum kudus Allah).
Menyadari Kekeliruan Besarnya
Apakah ada perubahan sewaktu Yesus, Putra Allah, datang ke bumi untuk membebaskan umat manusia dari dosa dan kematian? Bagi Romo Tom Jacobs adalah, tidak! Ya, sama sekali tidak ada perubahan! Sebelumnya, pasti Romo Tom juga pernah berdoa kepada Yesus selain kepada Bapa, dan belakangan menyadari kekeliruan besarnya. Jumlah orang-orang yang seperti Romo Tom Jacob, Frans Donald, dan lain-lain semakin hari bertambah banyak. Hanya EAS yang masih berkokoh dengan gagasan: Jauh panggang dari api; sehingga tidak matang.
Masih berhubungan dengan wacana di atas, EAS menulis, “Lalu bagaimana…menafsirkan Kis 7:59-60 di mana Stefanus menjelang kematiannya, berdoa kepada Yesus? Kis 7:59-60: ‘Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”’ Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.’” EAS pun mengomentari, “Ingatlah bahwa saat itu ia dipenuhi oleh Roh Kudus (Kis 7:55). Masakan ia salah dalam menujukan doanya pada saat ia dipenuhi oleh Roh Kudus.”
Memang benar, Stefanus dipenuhi Roh Kudus, tidak ada yang membantah. Tetapi masalahnya, apakah Stefanus sedang berdoa? Nampaknya Kis. 7:59 (Terjemahan Baru) menjawab, “Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa…” Namun kata “berdoa” di beberapa terjemahan, tidak ada. Alkitab Terjemahan Lama (1958 yang dicetak ulang 2003) menulis, “Lalu mereka itu merajam Stepanus tatkala ia tengah berseru dengan kata-katanya: ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.’” Good News Bible/Alkitab Kabar Baik mencatat, “The kept on stoning Stephen as he called out to the Lord, ‘Lord Jesus, receive my spirit!’” (Sementara mereka melempari Stefanus, Stefanus berseru, ‘Tuhan Yesus, terimalah rohku!”. Dua terjemahan Alkitab ini menerjemahkan kata “berdoa” di ayat 59 ini sebagai “berseru”. Jadi, mana yang benar? Stefanus sedang berdoa atau berseru? Mari dibandingkan lagi dengan Alkitab The Kingdom Interlinear Translation og the Greek Scriptures (1969) yang menulis Kis. 7:59, “Кαί έλιθοβόλουν τόν ΣτέФανον έлιкαλούμενον καί λέуοντα Кύрιε Ίηαού, δέξαι τό пνεύμά μου·/And they were throwing stones at the Stephen calling upon and saying Lord Jesus, receive the spirit of me” (And they went on casting stones at Stephen as he made appeal and said: “Lord Jesus, receive my spirit”/Mereka terus melempari Stefanus dengan batu sementara ia membuat permohonan dan mengatakan, Tu[h]an Yesus, terimalah rohku).
Perhatikan terjemahan bebas kata “permohonan”/”appeal” dari terjemahan bahasa Yunani έлιкαλούμενον, yang jika diterjemahkan kata demi kata, calling upon/berseru kepada. Jadi peristiwa Stefanus (ayat 59) tidak menyangkut doa, karena di ayat sebelumnya (ayat 56) Stefanus melihat Yesus dalam penglihatan dan berbicara kepadanya secara langsung. Perhatikan kutipan ayat 56, “Lalu katanya: ‘Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Ingatlah bahwa semata-mata berbicara bahkan kepada Allah tidak dengan sendirinya merupakan doa. Adam dan Hawa berbicara kepada Allah, mengajukan dalih atas dosa mereka yang besar, sewaktu Ia menghakimi setelah dosa mereka di Eden. Percakapan mereka kepada-Nya dengan cara itu bukanlah suatu doa (Kej. 3:8-19). Oleh karena itu, tidaklah benar untuk menyebutkan percakapan Stefanus dengan Yesus sebagai bukti bahwa sebenarnya dapat (harus) berdoa kepadanya.
Pernyataan Berseru
EAS masih melanjukan wacana dengan menulis, “Lalu bagaimana lagi dengan 1 Kor 1:2b di mana semua orang percaya di segala tempat berdoa kepada yesus? 1 Kor 1:2b: ‘dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.’ Kata-kata ini jelas menunjukkan bahwa orang Kristen boleh berdoa kepada Yesus!”
EAS mirip orang gendut yang kepleset kulit pisang. Ia hendaknya memperhatikan bahwa dalam bahasa aslinya, pernyataan “έпικαλαυμέοις” (to call upon/berseru/menyerukan) dapat mengartikan hal-hal lain selain doa. Bagaimana nama Kristus ‘called upon’ (diserukan) di mana-mana (di segala tempat)? Satu cara adalah bahwa para pengikut Yesus dari Nazaret secara terang-terangan mengakui dia sebagai Mesias dan Juruselamat dunia, melakukan banyak perbuatan menakjubkan dalam namanya (bandingkan 1 Yoh. 4:14; Kis. 3:6; 19:5). Karena itu, The Interpreter’s Bible (1990) menulis bahwa ungkapan “to call on the name of our Lord...means to confess his lordship rather than to pray to him” (menyerukan nama Tu[h]an kita…berarti mengakui wewenangnya sebagai Tuan sebaliknya daripada berdoa kepadanya).
Menerima Kristus dan mempraktekkan iman dalam darahnya yang dicurahkan, yang memungkinkan pengampunan dosa, juga berarti menyerukan nama Tu[h]an kita, Yesus Kristus (bandingkan Kis. 10:43 dengan 22:16). Jadi secara harfiah menyebut nama Yesus, kapan saja seseorang berdoa kepada Allah melalui dia. Maka, meskipun memperlihatkan bahwa seseorang dapat menyerukan nama Yesus, Alkitab tidak menyatakan harus berdoa kepadanya (Ef. 5:20; Kol. 3:17).
Setiap doa adalah suatu bentuk ibadat. The World Book Encyclopedia (1987, Vol. 2) menegaskan hal ini, “Prayer is a form of worship in which a person may offer devotion, thanks, confession, or supplication to God” (Doa adalah suatu bentuk ibadat yang melaluinya seseorang dapat menyatakan pembaktian, syukur, pengakuan, atau permohonan kepada Allah). Pada suatu kesempatan Yesus mengatakan, “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan [Yahweh], Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Yesus berpaut kepada pokok kebenaran bahwa ibadat--karena itu doa juga--harus ditujukan hanya kepada Bapanya, Allah Yahweh (Luk 4:8; 6:12).
Yesus mati sebagai korban tebusan bagi umat manusia, dibangkitkan oleh Allah, dan ditinggikan kepada kedudukan yang dimuliakan. Seperti yang mungkin dibayangkan, semua hal ini pasti menghasilkan perubahan sehubungan dengan doa-doa yang diperkenan. Dengan cara bagaimana?
Rasul Paulus melukiskan pengaruh besar yang dimiliki oleh kedudukan Yesus atas doa sebagai berikut, “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan’, bagi kemuliaan Allah, Bapa!’” (Flp 2:9-11).
Apakah kata-kata “dalam nama Yesus bertekuk lutut” mengartikan bahwa kita harusd berdoa kepada? Tidak. Ungkapan bahasa Yunani di sini mencakup “denotes the name upon which those that bow the knee unite, on which united all [παν γόνυ] worship. The name which Jesus has received moves all to united adoration” (menunjukkan nama yang atasnya semua orang yang bertekuk lutut bersattu, yang atasnya semua [παν γόνυ] ibadat dipersatukan. Nama yang Yesus telah terima mendorong semua orang untuk bersatu dalam menyembah) (G.B. Winner, 1997:158, A Grammar of the Idiom of the New Testament, seventh ed., Andover). Memang, agar suatu doa dapat diterima, doa harus disampaikan “dalam nama Yesus”, namun meskipun demikian, ditujukan kepada Allah Yahweh dan berperan untuk memuliakan-Nya. Karena alasan ini, Paulus mengatakan, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp 4:6).
Yesus Adalah “Jalan”
Sama seperti sebuah jalan menuju ke satu tujuan, demikian pula Yesus adalah “jalan” yang membimbing kepada Allah Yang Mahakuasa. “…’Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”, demikian yang diajarkan Yesus kepada murid-muridnya (Yoh. 14:6). Maka, hendaknya menyampaikan doa-doa kepada Allah melalui Yesus dan tidak langsung kepada Yesus sendiri. Yesus bukan Allah Yang Mahakuasa, namun Yesus adalah Putra Allah, dan ia sendiri beribadat kepada Yahweh, Bapanya (Yoh. 20:17).
Yesus adalah orang yang suka berdoa. Ia berdoa pada setiap kesempatan--sewaktu ia dibaptis (Lukas 3:21); sepanjang malam sebelum memilih 12 rasulnya (Lukas 6:12, 13); dan sebelum transfigurasinya yang menakjubkan di atas gunung, ketika sedang bersama rasul Petrus, rasul Yohanes, dan rasul Yakobus (Luk. 9:28, 29). Ia sedang berdoa ketika salah seorang dari murid-muridnya mengajukan permintaan kepadanya, “…ajarlah kami berdoa”, maka ia mengajarkan mereka “Doa Bapa Kami” (Luk. 11:1-4; Mat. 6:9-13). Ia berdoa sendirian dan lama pada waktu pagi-pagi sekali (Mrk. 1:35-39); menjelang petang, di atas gunung, setelah menyuruh murid-muridnya pergi (Mrk. 6:45, 46); bersama murid-muridnya dan demi kepentingan murid-muridnya (Luk. 22:32; Yoh. 17:1-26). Ya, doa adalah bagian yang penting dalam kehidupan Yesus.
Ia berdoa sebelum melakukan mukjizat, misalnya sebelum membangkitkan Lazarus, temannya, “...’Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku’” (Yoh. 11:41, 42).
Merasa pasti, Bapaknya akan menjawab doa itu menunjukkan kekuatan imannya. Hubungan antara doa dan iman kepada Allah ini, jelas dari apa yang dikatakan Kristus kepada murid-muridnya, “...apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk 11:24). Maka, mengakhiri rangkaian artikel ini, bisakah “triotunggal”, EAS, Nelson M. Liem dan James Lola, menjawab pertanyaan sederhana: Mengapa Yesus berdoa?
*) Pemikir bebas, guru bahasa Inggris. Tinggal di Kupang.
Selasa, 17 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar