Rabu, 18 Maret 2009

MERABA-RABA KONSEKUENSI PEMBUTAAN

Tanggapan Untuk Julius Sangguwali

Oleh : Nelson M. Liem, S.Th



Persoalan tentang keilahian Yesus sepertinya tak kunjung-kunjung habis. Namun mengapa selalu ada persolaan? dimana ada iblis, pasti selalu ada kekacauaan. Kredo Yesus adalah Allah bertentangan dengan iblis.

Akan tetapi tahukah iblis bahwa Yesus adalah Allah? jawabannya: iblis tahu. iblis itu egois (mempertahankan kebodohannya) iblis itu gengsi (menjaga kehormatannya sebagai iblis). Sehingga jika saya bertanya kepada iblis; benarkah Yesus adalah Allah? iblis akan berkata ‘BENAR’ apabila iblis itu jujur, tapi kenyataannya iblis itu pendusta. Berdusta adalah bukti tindakan pembutaan atau dengan sendirinya membuat buta.

Iblis selalu bekerja sesuai dengan profesinya (profesional), sehingga dengan demikian akan menjunjung tinggi kebodohannya. Jadi bukan hal yang sangat baru iblis mengganggu Yesus. Namun perlu diketahui bahwa ketika iblis mengganggu Yesus, itu merupakan tindakan yang membuktikan bahwa dia adalah iblis.

Saya sangat heran dengan kaum Unitarian yang selalu ngotot menolok ke Ilahian dari Yesus, pada hal penjelasan demi penjelasan sudah diberikan kepada mereka tidak terkecuali. Yoh. 8:43&44 berbunyi: “Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala pendusta.”

mereka berkali-kali berteriak bahwa di dalam Alkitab, Yesus tidak pernah menyebut diriNya sebagai Allah. Saudara pembaca, kita akan sama-sama melihat apakah teriakan Frans Donald dan Julius Sangguwali itu merupakan kejujuran atau dusta belaka? dari tulisan ini saya akan mengembalikan seluruh judul tulisannya Julius Sangguwali, yakni: (1). Bagaikan Bumi dan Langit, (2). Air Keruh di Hulu Sampai Jua ke Muara, (3). Indah Kabar dari Rupa, (4). Jauh Panggang dari Api, judul-judul ini merupakan keberanian mengejek cermin (ketika mengeluarkan lidah terhadap cermin tak sadar lidah itu ditujukan pula padanya).

Timex 12 Januari 2009, Julius Sangguwali mengatakan: “sama-sama mengaku Kristen, maka jangan-jangan justru ada kesalahan dari Pengarang Alkitab, yang juga berarti kesalahan dari penulis Alkitab? pengarang Alkitab hanya satu, yakni Allah Yang Mahakuasa, Yahwe, tetapi penulisnya banyak.” Saudara pembaca, kata mengaku Kristen oleh Sangguwali yang digaris bawahi di atas, secara langsung melaporkan bahwa Sangguwali juga mengaku sebagai pengikut Kristus (Kristen), tapi anehnya menolak ke Ilahian Kristus.

Pingikut Kristus adalah orang yang mengaku bahwa Yesus [juga] adalah Allah 100 % dan Dia adalah Pribadi kedua dari Tritunggal. Saya tidak mungkin menjadi pengikut Kristus apabila Dia hanya sebatas manusia atau nabi atau malaikat bahkan penghulu malaikat sebab hanya orang bodoh sajalah yang mau diperhamba oleh “manusia” atau “malaikat”.

Jadi siapakah yang pantas dikatakan domba yang terlihat di mata, tetapi sesungguhnya adalah serigala ? kita harus berhati-hati terhadap orang yang memakai topeng Kristen. Sangguwali adalah orang yang sangat berani mengejek cermin (ketika mengeluarkan lidah terhadap cermin tak sadar lidah itu ditujukan pula padanya).

Selanjutnya Sangguwali mengatakan: “sejarah-sejarah telah membuktikan bahwa Yesus baru dijadikan sebagai Allah sejati oleh Doktirn Tritunggal/Trinitas hasil konsili-konsili yang penuh muatan politik jauh ratusan tahun setelah Yesus terangkat ke sorga.” Lalu bagaimana dengan kesaksian Alkitab ? benarkah di dalam Alkitab Yesus tidak pernah menyebut diriNya Allah ? Timex 13 Januari 2009, Julius Sangguwali mengutip Matius 4:3-10 tapi anehnya tidak berani mencantumkan isinya. Pastilah kita bertanya-tanya mengapa ? karena kalau dia mencamtukan isinya maka akan meruntuhkan seluruh tulisannya.

Lalu apa’sih bunyi isinya, sehingga akan menggugurkan tulisannya sendiri ? dari ayat 3 s/d 10, kita hanya akan mengambil ayat ke 7 yang telah dan akan membuat si’iblis mati kutu. Terlebih dahulu marilah kita merunut bahasa Yunaninya : “εφη αυτω ο ιησους παλιν γεγραπται ουκ εκπειρασεις κυριον τον θεον σου/EPHE AUTO HO IESOUS PALIN GEGRAPTAI OUK EKPEIRASEIS KURION TON THEON SOU/Berkatalah kepada dia Yesus di pihak lain (itu) tertulis: janganlah engkau mencobai Tuhan Allahmu.”

Sedangkan dari terjemahan NKJV : Jesus said to him, "It is written again, `You shall not tempt the LORD your God.'" Sehingga dalam Terjemahan Lama berbunyi : “Maka kata Yesus kepadanya, "Telah tersurat pula: Janganlah engkau mencobai Allah Tuhanmu." Sedangkan Alkitab terjemahan LAI berbunyi : Yesus berkata kepadanya: “ Ada pula tertulis: janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” sebutan engkau pada ayat 7 adalah iblis, sedangkan sebutan Tuhan, Allah = Yesus.

Kalau Julius Sangguwali masih bersifat skeptis, saya akan mengutip juga terjemahan New International Version : Jesus answered him, “it is also written: Do not put the Lord your God to the test (Yesus menjawab/berkata, ada pula tertulis: jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu).” NIV dengan jelas menunjukan ke Ilahian Yesus. Dan lebih jelas lagi The Indonesian Bible Society for The Gideons International, menerjemahkan : Jesus said to him, “It is written again, you shall not tempt the LORD your God. Mereka sangat mengerti ayat 7 ini sehingga seluruh huruf pada sebutan LORD memakai huruf besar yang maksudnya menekankan ke Ilahian Yesus.

Memang Julius Sangguwali menulis bahwa Mat.4:7 Yesus sedang mengutip Ulangan 6:16, akan tetapi Sanggauwali bermain curang yakni tidak menjelaskan secara mendetail maksud ayat 7 itu, yang sebenarnya ayat ke 7 menunjukan jawaban Yesus terhadap iblis; janganlah engkau (iblis) mencobai Aku (Yesus) TUHAN, Allahmu. Pertanyaan buat Sangguwali siapakah yang dicobai, Yesus atau siapa ? pastilah anda akan mengatakan “Yesus”. Lalu mengapa anda membuat diri seakan-akan buta ? atau memang seluruh esensi anda buta (Yoh.8:43)! bukankah sangat jelas yang memberi jawaban adalah Yesus tentang dirinya bahwa Dia juga adalah Allah..! sebab tidak mungkin kalau saya sedang bertanya kepada Julius Sangguwali: berapakah usiamu ? maka Sangguwali akan menjawab Ayah saya berusia 23 tahun. Suatu lelucon bukan..! Yesuslah yang dicobai, jadi jawaban Yesus berasal dari diriNya dan sedang membuktikan diri-Nya sendiri. Sejauh ini pastilah kita sudah dapat mengetahui bahwa Sangguwali bersama kawan-kawannya hanyalah berdusta.

Timex 14 Januari 2009, Sangguwali membahas The Didache pasal ke ketujuh mengenai babtisan, demikian bunyi kutipannya “in the name of the Father and of the son and of the Holy Spirit” (dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus). Dan ia melanjutkan dengan pernyataan bahwa “Namun buku itu (The Didache) tidak mengatakan apa-apa tentang ketiganya sederajat dalam kekekalan, kuasa, kedudukan, dan hikmat.” Sangguwali, bukankah dalam tanggapan saya terhadap Frans Donald Timex, 29 November 2008, telah menjelaskan baptisan sebagai bukti esensinya Allah Tritunggal..! Apakah masih kurang jelas ? Saudara pembaca, memang buku itu tidak secara detail menjelaskan bahwa ketiganya sederajat, tetapi telah menunjukan/menggambarkan bukti ketiganya sederajat. Mengapa ?

mari kita cermati : kata ‘and’ pada kalimat in the name of the Father [and] of the son [and] of the Holy Spirit. Dalam Webster’s New Dictionary (America: Longmeadow Press, 1994) hlm.15, kata ‘and’ mempunyai arti: “in addition, used to join words and sentences, to introduce a consequence .” ‘in addition’ = di dalam penjumlahan = ruang kemajemukan. Sedangkan, ‘used to join words and sentences’, arti sentral: menghubungkan; dari kata dasar hubung. Dan yang dimaksud dengan ‘to introduce a consequence’ adalah memperkenalkan sesuatu kepentingan.

Jadi arti kata ‘and’ cukup luas, namun semuanya mempuyai hubungan dengan apa yang dimaksudkan oleh Yesus; pertama: pemakaian kata ‘and’ membuktikan kejamakan Allah, kedua: membuktikan adanya hubungan dalam kejamakan, ketiga: membuktikan bahwa dalam baptisan, nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus, semua itu penting, karena mereka sama-sama Allah. Kata ‘and’ [ indonesia ] = ’dan’ yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, mempunyai arti: “penghubung suatu bahasa (kata, frasa, klausa, dan kalimat) yang setara, yang termasuk tipe yang sama serta memiliki fungsi yang tidak berbeda.” Jadi jelaslah bahwa Yesus memakai kata ‘dan’ pada kalimat; ‘dalam nama Bapa [dan] Anak [dan] Roh Kudus’ untuk membuktikan kesamaan, serta kejamakan Allah, sehingga ini merupakan legitimasi dari Yesus kalau Dia juga Allah.

Saudara pembaca, karena Yesus Allah maka babtisan juga atas nama Yesus. Baptisan adalah perjanjian (kovenan). Baptisan sebagai suatu kesinambungan dari Perjanjian Lama yakni adanya perjanjian (kovenan) antara Allah dengan manusia, sehingga dalam Perjanjian Lama (PL), kovenan ditandai dengan sunat, sedangkan dalam Perjanjian Baru (PB), kovenan ditandai dengan baptisan. Jadi tidak mungkin kalau manusia berjanji dengan manusia, lalu dibilang janji itu adalah sakramen kudus.

Karena Yesus adalah Allah maka Dia pun turut berada sebagai subyek pada perjanjian antara Allah dan manusia. Ataukah Sangguwali mau melakukan sakramen baptisan hanya dengan nama Bapa dan Roh Kudus saja ? ataukah hanya dengan nama Bapa saja ? atau sama sekali tidak melakukan sakramen baptisan ? Sangguwali adalah seorang ahli bahasa pastilah lebih ngerti. Silahkan diuji. Sangguwali, anda jangan melakukan tindakan pembutaan terhadap diri sendiri, nanti jadi buta benaran – binasalah anda.

Boleh saja anda mengutip pernyataan Dr. Eben Nuban Timo (Ketua Sinode GMIT) sebagai kekuatanmu untuk menyangkali Allah Tritunggal – [kalau] Dr. Eben benar mengatakan demikian, itu berati saya dengan dia bukan saudara dalam Tuhan dan perlu diketahui bahwa saya tidak terpengaruh dengan pernyataannya, akan tetapi tertarik untuk berteriak: Dr. Eben Nuban Timo, anda harus bertobat, kalau tidak pada akhirnya anda hanya menjadi salah satu calo ke surga. Jadi perlu ditekankan bahwa sebagaimana Alkitab bersaksi bahwa Allah Tritunggal bukan berkembang karena tuntutan zaman, melainkan sudah ada sejak kekal dan untuk kekal.

Timex 15 Januari 2009, Julius Sangguwali memberikan pertanyaan buat saya dan teman-teman untuk menjawab dan katanya pertanyaan itu sederhana, demikian bunyinya: “Mengapa Yesus berdoa ?” Saudara pembaca, kita selalu akan berbicara seperti apa yang dilaporkan Alkitab – kenyataannya Alkitab bersaksi bahwa Yesus adalah Allah 100 % dan Manusia 100 %. Salah satu bukti bahwa Yesus Allah 100 % telah kita bicarakan tadi tentang pencobaan dipadang gurun dan di situlah Yesus bersaksi bahwa Dia adalah ALLAH 100 %.

Sedangkan Yesus juga Manusia 100 % merupakan inti jawaban dari pertanyaan Sangguwali. Namun perlu ditekankan bahwa Manusia Yesus sempurna (pikiran, perkataan, perbuatan) tidak berdosa. Sehingga untuk menjadi teladan bagi manusia membutuhkan orang yang sedikit pun tidak dicemari oleh dosa. Dan orang itu hanyalah Yesus. Jadi ketika Yesus berdoa sesungguhnya sedang membuktikan bahwa Dia juga adalah Manusia 100 %, dan sekaligus menjadi contoh untuk kita teladani dalam kehidupan sehari-hari dalam suka dan duka tidak terkecuali – kita harus berdoa.

Sangguwali, anda jangan mencobai Tuhan, Allahmu. Sadarkah bahwa anda lagi diperalat oleh si’iblis ? tahukah anda bahwa iblis juga dapat mengutip ayat-ayat Alkitab ? tahukah anda iblis itu hanya mampu membawa anda pada kebinasaan kekal ? Saudara pembaca, akhirnya mari kita sama-sama berseru: di dalam nama Tuhan Yesus Kristus; enyahlah engkau iblis, dari seluruh esensi Julius Sangguwali.

Penulis : Alumni Institut Agama Kristen Jakarta tinggal di SoE (TTS)

Tidak ada komentar: