Kamis, 13 Desember 2007

RAHASIA UCAPAN SYUKUR

Efesus 5:20

Esra Alfred Soru


Ada dua kata penting yang terkandung di dalam ayat ini yaitu kata “senantiasa” dan kata “segala sesuatu”, dan menarik sekali bahwa kedua kata ini dihubungkan dengan hal ucapan syukur. “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita”.


Kata “senantiasa” berbicara atau menunjuk kepada masalah waktu sedangkan kata “segala sesuatu” berbicara atau menunjuk kepada masalah situasi dan kondisi. Dengan kata lain maksud ayat ini adalah kita harus mengucap syukur kapan saja yaitu entah pagi hari, siang maupun malam dan dalam keadaan apa saja entah baik atau tidak baik, menguntungkan atau merugikan, menyenangkan atau menyedihkan.


Namun kenyataan yang kita alami dalam pengalaman hidup sehari-hari hanya menunjukkan bahwa kebanyakan di antara kita hanya mau mensyukuri hal-hal yang baik, menyenangkan, menguntungkan dan menggembirakan saja. Jika sembuh dari sakit, jika lulus ujian, jika mendapat pekerjaan, dll, tetapi adakah yang pernah bersyukur justru pada saat ia sakit? Adakah yang bersyukur justru pada saat ia tidak lulus ujian? Adakah yang bersyukur pada saat ia belum mendapat pekerjaan atau malah dikeluarkan dari pekerjaan? Ah…rasa-rasanya sulit. Memang mengucap syukur akan hal-hal yang merugikan, menyakitkan dan menyedihkan itu bukan sesuatu yang gampang tetapi juga bukanlah sesuatu yang tidak mungkin.


Lalu bagaimana agar kita dapat melakukannya? Bagaimana kita dapat belajar untuk bersyukur kepada Tuhan senantiasa dan dalam segala sesuatu? Bagaimana kita dapat bersyukur dalam keadaan yang paling pahit sekalipun? Berikut ini ada tiga saran praktis yang dapat membuat kita sanggup melakukannya :

Pertama : PAHAMILAH HATI ALLAH


Hidup ini tidak kurang dengan apa yang namanya penderitaan, kemalangan, kerugian, kegagalan, pengkhianatan dan masih banyak lagi yang sejenis. Pertanyaannya sekarang adalah mungkinkah ucapan syukur dinaikkan dari dan dalam kondisi semacam ini? Tergantung. Tergantung apa? Tergantung apakah kita dapat memahami hati Allah dengan benar atau tidak. Dua orang dapat mengalami kesedihan dan kemalangan yang sama, namun seorang dapat bersyukur kepada Allah di dalam kesedihan dan kemalangan itu sedangkan yang lain dapat mengutuk dan menghujat Allah. Di mana masalahnya? Masalahnya terletak pada pemahaman terhadap hati Allah itu. Memahami hati Allah dengan benar akan membuat kita bersyukur sebab kita tahu bahwa Ia sementara menyediakan sesuatu yang lebih indah bagi kita, Ia sementara melakukan sesuatu demi kebaikan kita, tetapi jika kita tidak dapat memahami hati-Nya maka kita akan melihat Ia sebagai tirani yang kejam dan bahkan membenci-Nya.


Memang benar bahwa pemahaman akan hati Bapa di sorga begitu penting karena ini menentukan sikap kita kepada-Nya. Jika kita mampu memahami isi hati-Nya maka kita akan bersyukur karena jauh di dalam lubuk hati-Nya ada selaksa kasih dan rencana yang indah (The beautiful planning) yang disediakan bagi kita, dan Ia mempunyai cara tersendiri untuk memberikan kasih dan rencana-Nya itu kepada kita. Kasih dan rencana-Nya dapat diberikan dengan cara yang menyakitkan. Kasih dan rencana-Nya dapat disalurkan dengan cara atau melalui peristiwa yang paling tidak kita sukai.


Pada suatu hari sebuah gereja di Inggris yang mempunyai nilai arsitektur yang tinggi terbakar. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembalikan gereja itu ke keadaan semula, namun tidak memuaskan. Akhirnya ratu Inggris turun tangan. Ia memerintahkan seorang arsitek terkenal yang bernama Christopher Ram untuk mengembalikan gedung gereja itu seperti semula. Ram pun menyetujuinya dan mulailah ia bekerja.


Suatu hari ketika telah selesai memahat sebuah bagian dari gereja itu di lantai atas, Ram mulai melakukan kebiasaannya untuk menguji kualitas dan keindahan yaitu memandang pahatannya itu dari dekat, menjauh, menjauh lagi, dan seterusnya. Dengan perlahan ia melangkah mundur sambil mata dan fokus pikirannya tetap terarah pada pahatannya itu. Tanpa ia sadari bahwa ia telah berada sangat dekat dengan pinggir gedung itu dan itu berarti bahwa dengan dua atau tiga langkah lagi ia akan jatuh dari ketinggian dan mati. Seorang pekerjanya yang melihat hal itu begitu ketakutan. Ia hendak berteriak memperingatkan Ram, namun ia kuatir jangan sampai teriakannya justru mengagetkan Ram dan membuatnya terjatuh. Tanpa berpikir panjang ia dengan cepat mengambil sebuah pisau dan menggoreskannya pada pahatan Ram dan Ram pun kaget dan berlari maju ke arah pekerjanya itu dan memarahinya. Namun pekerjanya berkata “Tuan Ram …cobalah tuan lihat ke belakang. Dengan dua langkah lagi tuan akan jatuh dari ketinggian dan pasti mati. Saya ingin berteriak untuk memperingatkan tuan, tetapi saya takut hal itu justru mengagetkan tuan dan membuat tuan terjatuh. Saya tahu fokus mata dan pikiran tuan ada pada pahatan ini, karena itu saya sengaja merusak pahatan ini dan dengan demikian tuan tidak terus melangkah mundur sehingga tuan selamat. Jadi apa yang saya buat itu sebenarnya untuk menyelamatkan tuan”.


Cerita di atas mengajarkan kita bahwa di balik tindakannya yang seolah-olah jahat, pekerja itu mempunyai hati yang mau menyelamatkan. Demikian juga dengan Bapa di surga. Kadang Ia melakukan dan menimpakan kepada kita hal-hal yang menyakitkan, merugikan dan tidak menyenangkan. Namun semuanya itu demi keselamatan kita. Ia merusak apa yang menjadi fokus pikiran dan hati kita dalam hidup ini agar melaluinya kita diselamatkan dan tidak binasa. Inilah hati Allah, hati yang penuh kasih dan rencana yang indah bagi anak-anak-Nya. Jika kita dapat memahami hati-Nya maka niscaya dari dalam hati kita akan mengalir ucapan syukur yang melimpah kepada-Nya. Jika kita dapat memahami hati-Nya, maka kita tahu bahwa setiap kemalangan, kerugian dan kesedihan yang kita alami bukanlah lagi suatu musibah melainkan suatu berkat. Dengan demikian kita dapat bersyukur.


Seorang petani mempunyai seorang anak laki-laki dan seekor kuda betina. Pada suatu hari kuda betinanya hilang entah kemana. Para tetangga turut bersedih atas hilangnya kuda itu, namun petani ini berkata “ini kerugian atau keuntungan, siapa yang tahu?”, dan ternyata beberapa hari kemudian kuda betina pulang bersama dengan seekor kuda jantan. Rupanya kudanya pergi ke hutan dan ketemu jodoh di sana lalu di bawa pulang. Karena kuda jantan ini masih liar, maka ketika ditunggangi sang anak, kuda itu membanting anak itu sehingga ia terjatuh dan kakinya patah. Sekali lagi para tetangga turut bersedih, namun petani ini berkata “ini kerugian atau keuntungan , siapa yang tahu?” Dan benar saja beberapa hari kemudian datanglah tentara pemerintah dan mengangkut seluruh pemuda di kampung itu yang sehat dan tegap untuk dibawa berperang, kecuali anak petani itu yang patah kakinya, dan dari semua pemuda yang dibawa itu tak satu pun kembali. Mereka semuanya mati di medan perang. Ini keuntungan atau kerugian, siapa yang tahu?


Demikianlah juga dengan kasih dan rencana Allah. Ia dapat saja menimpakan berbagai persoalan dalam kehidupan ini, namun di balik semuanya itu ada rencana indah yang disediakan-Nya bagi kita. Mungkin pergumulan hidup membuat engkau tidak dapat melihat tangan Allah lagi, semua terasa gelap dan pekat, tetapi percayalah akan satu hal yaitu hati Allah yang penuh kasih. Pahamilah ini. Tangan-Nya sedang merenda suatu karya yang agung mulia. Saatnya akan tiba nanti di mana engkau dapat melihat pelangi kasih-Nya. Jika demikian mengapa engkau tidak bersyukur kepada-Nya?

Kedua : BANDINGKANLAH DENGAN KEMUNGKINAN YANG LEBIH BURUK


Cara lain yang dapat membuat kita mampu untuk bersyukur di dalam segala sesuatu terlebih dalam kemalangan, kerugian, dan kesedihan kita adalah dengan membandingkan apa yang sementara kita alami dengan kemungkinan yang lebih buruk yang tidak kita alami tetapi mungkin dapat kita alami.
Saya memang mengalami begini, namun syukur karena tidak mengalami begitu.


Seorang tukang yang sementara memaku sesuatu di atas atap. Tangannya memegang palu dan paku-paku digigit di mulutnya. Tiba-tiba terjadi bunyi yang mengagetkan dan paku yang di mulutnya itu tertelan. Pada saat itu juga ia berkata “Puji Tuhan, untung hanya paku yang masuk ke perut saya, kalau palunya bagaimana? Contoh ini melukiskan bahwa tukang itu memang menelan paku. Ini berbahaya, namun ia memuji Tuhan karena bukan palu yang ia telan di mana lebih berbahaya lagi. Inilah maksudnya membandingkan apa yang kita alami dengan kemungkinan yang lebih buruk.


Dengan membandingkan dengan kemungkinan yang lebih buruk yang tidak kita alami, maka kita akan bersyukur walaupun kita sementara mengalami kesedihan, kesakitan dan kerugian. Kita memang sedih tetapi kita bersyukur karena kita tidak lebih sedih dari kesedihan yang sekarang. Kita memang sakit tetapi kita bersyukur karena kita tidak lebih sakit dari sakit yang sekarang. Kita memang rugi tetapi kita bersyukur karena kita tidak lebih rugi dari kerugian yang sekarang. Jika kita kehilangan salah satu tangan kita maka kita akan bersedih, tetapi juga dapat bersyukur karena kita tidak kehilangan dua buah tangan sekaligus. Bagaimana kalau kedua tangan kita hilang? Jika kita kehilangan dua buah tangan sekaligus, maka kita bersedih, tetapi juga kita dapat bersyukur karena kedua kaki kita tidak hilang. Apa jadinya kalau kedua tangan dan kaki kita hilang? Demikian seterusnya dan seterusnya.


Suatu saat kendaraan saya mengalami kerusakan dan ongkos perbaikannya Rp. 200.000,- Saya sangat sedih. Memang saat itu saya mempunyai uang Rp. 270.000,- namun itu akan digunakan untuk membayar tunggakan SPP di sekolah. Sepanjang hari saya bingung, stress, dan pusing memikirkan dari mana dan bagaimana mendapatkan uang Rp. 200.000,- untuk menutupi tunggakan itu. Segala sesuatu yang saya kerjakan hari itu tanpa semangat sama sekali. Pada waktu malam sebelum tidur saya berpikir demikian “dengan stress, bingung dan pusing apakah akan menolong saya dari masalah ini? Saya tak akan mendapatkan uang dengan stress, bingung dan pusing?” Kalau begitu stress, bingung dan pusing ini tak ada gunanya. Lebih baik saya berdoa dan bersyukur kepada Tuhan. Maka saya pun berdoa “Tuhan…saya memang rugi Rp. 200.000,- tetapi saya bersyukur karena tidak rugi Rp. 300.000,-, saya percaya bahwa Engkau sanggup menolong saya, Amin!.


Selanjutnya apa yang terjadi? Ketika saya menghadap kasir dan menanyakan berapa jumlah tunggakan saya, ia berkata “tunggakanmu Rp. 270.000,- tetapi seseorang yang tidak mau menyebutkan namanya telah membayar Rp. 200.000,- jadi sekarang yang harus kamu bayar adalah Rp. 70.000,-“ dan seperti tidak terjadi apa-apa, saya pun membayar Rp. 70.000,- sesuai dengan jumlah uang yang masih tersisa, tidak kurang, tidak lebih, namun di dalam hati saya ada ucapan syukur dan pujian kepada Tuhanku.


Itulah kuasa ucapan syukur. Dengan mengucap syukur kepada Allah, maka Ia akan membuat berbagai perkara sehingga kita dapat bersyukur lagi kepada-Nya. Bandingkanlah apa yang sementara engkau alami dengan kemungkinan yang lebih buruk dari itu, maka dari dalam hatimu akan mengalir puji-pujian dan ucapan syukur kepada-Nya.

Ketiga : BELAJARLAH UNTUK SELALU MELIHAT KE “BAWAH”


Dengan belajar untuk melihat ke bawah maka hati kita pun dapat bersyukur kepada Allah dalam segala sesuatu yang kita alami. Maksud dari melihat ke bawah di sini adalah kita membuka mata kita untuk melihat kenyataan bahwa sebenarnya ada begitu banyak orang yang keadaannya jauh lebih buruk daripada keadaan kita. Dengan melihat ke bawah maka kita akan berjumpa dengan kenyataan bahwa ada begitu banyak orang yang nasibnya tidak sebaik nasib kita. Dengan demikian kita bisa bersyukur atas apa yang telah Allah lakukan bagi kita. Kita bersyukur bukan karena mereka lebih menderita dari kita tetapi karena kita tidak semenderita mereka. Kita bersyukur bukan karena mereka lebih kekurangan daripada kita tetapi karena kita tidak mengalami kekurangan seperti kekurangan mereka. Itulah maksudnya melihat ke bawah.

Dengan melihat ke bawah maka hati kita akan penuh dengan syukur dan rasa puas. Ini jelas berbeda dengan jika kita hanya mau melihat ke atas. Jika kita hanya mau melihat ke atas dan membandingkan keadaan kita dengan orang-orang yang di atas kita, maka hati kita akan penuh kekecewaan dan rasa tidak puas. Jika kita memiliki sepeda motor dan kita mau melihat ke bawah di mana ada orang yang sama sekali tidak mempunyai kendaraan dan hanya berjalan kaki saja, maka kita akan bersyukur kepada Allah atas sepeda motor itu, tetapi jika kita melihat ke atas di mana ada orang yang mempunyai mobil mewah bahkan pesawat pribadi, maka hati kita akan dipenuhi nafsu dan rasa tidak puas.


Perasaan tidak puas adalah suatu penyakit yang berbahaya bagi jiwa seseorang. Pernah ada seseorang yang bangkrut hanya karena tidak puas. Ia membeli kursi baru untuk ruang tamunya. Ketika kursi baru itu diletakkan berdampingan dengan meja yang lama, maka meja yang lama kelihatan sangat buruk, maka ia pun membeli meja yang baru. Setelah ia melihat meja dan kursinya yang baru, ia mulai berpikir bahwa meja dan kursi ini tidak cocok dengan cat temboknya, maka ia pun mengganti cat temboknya. Ketika cat tembok telah diganti, maka keadaan lantai menjadi tidak serasi. Ia pun mengganti lantainya. Lalu atapnya, lalu ruang tidurnya, dapurnya, dan seterusnya hingga ia bangkrut. Daripada hidup dengan ketidakpuasan karena sering melihat ke atas, marilah kita belajar untuk melihat ke bawah agar dengannya hati kita akan penuh dengan syukur sebab pada dasarnya Allah memperlakukan kita sesuai dengan apa yang dipandang-Nya baik bagi kita.


Seorang tukang batu sementara membangun sebuah rumah mewah. Sambil membangun rumah mewah itu ia berpikir “seandainya aku bisa tinggal di rumah semewah ini…” maka sekonyong-konyong terdengarlah suara dewa dari langit “Hai anak manusia…mulai sekarang apa pun yang kamu pikirkan dan kehendaki akan terjadi” maka secara tiba-tiba ia telah tinggal di dalam sebuah rumah mewah.


Ketika ia duduk dengan santai di rumah mewahnya, ia melihat kereta kerajaan lewat dan sang raja duduk di atasnya sambil dikipasi dayang-dayangnya. Ia lalu berpikir “bagaimana rasanya duduk di kereta kerajaan”, maka saat itu juga ia telah berpindah tempat dan sementara duduk dalam sebuah kereta kerajaan. Namun beberapa saat kemudian ia mulai keringatan karena hari sangat panas. Lalu ia berpikir “hebat sekali matahari, ia sanggup membuat aku kepanasan” maka tiba-tiba ia berubah menjadi matahari.


Hatinya begitu senang sebab sekarang ia menjadi matahari, namun tiba-tiba datang segumpal awan dan menghalangi cahayanya sehingga hari menjadi mendung, maka berpikirlah ia “berarti awan lebih hebat dari matahari” dan jadilah ia awan. Beberapa saat kemudian awan itu hilang dan berubah menjadi hujan, maka ia pun berniat menjadi hujan dan jadilah ia hujan. Sementara ia begitu gembira menetes ke bumi, ia melihat bahwa airnya tidak dapat menghancurkan bebatuan di bumi, malah ia harus mengalir di sela-sela bebatuan itu. Lalu berpikirlah ia “batu lebih hebat dari air” maka sekali lagi ia berubah menjadi batu. Tetapi tiba-tiba ia mendengar suara dari sebuah bangunan, ia pergi dan melihat, dan ternyata di sana ia melihat seorang tukang batu sementara memecahkan dan menata batu-batu itu untuk dijadikan sebuah rumah mewah, maka ia pun berubah kembali menjadi tukang batu seperti pekerjaannya semula.


Memang, jika kita mau berpikir lebih dalam maka sebenarnya apa yang Tuhan berikan bagi kita adalah yang terbaik bagi kita. Puaskanlah hati kita dan syukurilah itu sambil belajar untuk tetap melihat ke bawah. Akhirnya sekali lagi : “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita”.

Tidak ada komentar: