Seperti diberitahukan sebelumnya bahwa tanggal 14 Juni 2008 yang lalu telah diadakan acara debat terbuka tentang keharusan penggunaan nama YHWH di Surabaya yang mempertemukan :
Pdt. Budi Asali, M. Div
Esra Alfred Soru, STh
VS
Prof. Drs. Kristian Sugiyarto, MSc, Ph.D
Pdt. Teguh Hindarto, M.Th.
Bagaimana hasil dari perdebatan tersebut? Seorang dari pihak aliran Yahweisme telah memberikan komentarnya atas perdebatan ini. Dan komentar ini telah ditanggapi oleh Pdt. Budi Asali, M. Div. Silahkan baca komentarnya dan tanggapan Pdt. Budi Asali setelahnya.
Komentar Aaron Halim
(Tanggapan Terhadap Debat Terbuka “Keharusan Pemakaian Nama YHWH”)
Ada beberapa ayat yang sangat tepat untuk menggambarkan segi kebenaran yang menguntungkan atau sebaliknya dapat juga merugikan para pembangkang.
Roma 10:2-4 (2) Sebab aku memberi kesaksian terhadap mereka, bahwa mereka memiliki kecemburuan Elohim, tetapi bukan atas dasar pengenalan. (3) Sebab dengan tidak memahami kebenaran Elohim untuk menegakkan kebenarannya, dan dengan berusaha untuk menegakkan kebenarannya sendiri, mereka tidak tunduk kepada kebenaran Elohim. (4) Sebab Kristus adalah penggenapan hukum bagi kebenaran setiap orang yang percaya.
Kebanyakan orang-orang Kristen, pada hakekatnya memiliki kecemburuan atau bergiat untuk menegakkan kebenaran Elohim. Tetapi di ayat Roma 10:2, kita dapati sebuah ”tanda bahaya,” tentang adanya kecemburuan Elohim, tetapi bukan atas dasar pengenalan; pengenalan akan kebenarannya!
Mengapa saya tertarik untuk membagikan ayat-ayat ini? Saya membaca ulasan yang merupakan ringkasan dari ”Perdebatan di Surabaya” mengenai penggunaan nama sebenarnya dari Junjungan kita yang mulia. Perdebatan ini di prakarsai oleh Budi Asali dkk, yang memanggil rombongan yang terdiri dari bapa Kristian Sugiyarto dan bapa Teguh Hindarto.
Perdebatan dibuka oleh Budi Asali yang pada ucapannya terungkaplah bahwa rombongan Budi ini tidak memiliki naskah untuk mengajukan alasan-alasan dari pihak mereka; jadi tujuan dari yang dikatakan perdebatan ini hanyalah untuk menyerang pihak pengagung nama Junjungan kita, tanpa ada analisa secara ilmiah dari pihak yang mengundang. Ini merupakan hal diluar etika perdebatan; bahkan si Budi ini melarang bapa Kristian untuk menyebutkan nama sesembahan mereka. Dari segi ini kita dapat melihat bahwa ada kejanggalan yang sangat menyolok dari tingkah laku kelompok penyembah allah ini! Dari kelompok ini, kita dapat mendengar betapa emosinya mereka, sampai menjerit-jerit tak ubahnya dari para barisan yang berdemonstrasi di Lebanon, dan Palestina yang sering ditayangkan di layar TV. Tidak terdapat buah-buah Roh Kudus sedikitpun dari kelompok tuan rumah yang tidak mempunyai suguhan bahan-bahan yang harus diperdebatkan.
Roma 10:3 mengatakannya dengan sangat jelas sekali: Sebab dengan tidak memahami kebenaran Elohim untuk menegakkan kebenarannya, dan dengan berusaha untuk menegakkan kebenarannya sendiri, mereka tidak tunduk kepada kebenaran Elohim.
Saya kutip ucapan dari pak Teguh kepada Budi Asali : "Saya masih ingat ketika berdiskusi dengan seorang doktor tentang nama allah yang mengatakan bahwa sampai mati dia tidak akan menggunakan Yahweh tetapi allah. Jadi seperti doktor ini menggunakan bahasa iman bukannya bahasa penelitian bahasa pengkajian. Jadi ketika pak Budi selalu mengatakan bahasa tidak peduli, sudah lebih dari 5 kali jadi untuk apa kita berdiskusi mengadu data kalau selalu tidak peduli, jadi menurut saya sangat memalukan karena selalu tidak peduli dengan data. Jadi ini adalah watak akademik yang harus diperbaiki dari bapak karena tidak bersifat akademis. Karena tidak peduli dengan data tentang perbandingan terjemahan PB dan PL".
Pak Teguh meneguhkan kedudukan Budi Asali cs, bahwa mereka tidak memiliki naskah bahan perdebatan atau dasar penelitian atau pengkajian yang bersifat akademis. Mereka hanya bergerak atas dasar emosi tanpa persiapan untuk berdiskusi, hanya untuk menyerang dan mengejek. Ini adalah merupakan penggenapan dari frasa: tidak memahami kebenaran Elohim untuk menegakkan kebenarannya...
Kebenaran Elohim tidak terlihat dari kelompok mereka: sedangkan kebenaran dari sisi perdebatan atas dasar penelitian atau pengkajian, luput dari bahan persiapan mereka, maka tidaklah heran kalau pak Teguh mengatakan kepada Budi Asali dengan sopan: "watak akademik yang harus diperbaiki dari bapak..." Kesopanan dan roh lemah lembutlah yang ditunjukkan oleh rombongan pengagung nama Junjungan kita. Dari mana saya, yang berada lebih dari setengah dunia jauhnya dari Surabaya dapat mengetahui akan hal ini? Karena anak rohani saya telah mengirimkan rekaman perdebatan ini seluruhnya kepada saya.
Saya teruskan Roma 10:3 "dengan berusaha untuk menegakkan kebenarannya sendiri, mereka tidak tunduk kepada kebenaran Elohim". Saya kutip kembali kata-kata pak Teguh kepada Budi Asali : "Jadi ketika pak Budi selalu mengatakan bahasa tidak peduli, sudah lebih dari 5 kali jadi untuk apa kita berdiskusi mengadu data kalau selalu tidak peduli, jadi menurut saya sangat memalukan karena selalu tidak peduli dengan data".
Saya setuju dengan pak Teguh, jalan perdebatan itu sangat memalukan dan tidak sedikitpun menunjukan kasih Kristus di pihak kelompok Surabaya. Apakah kata YAHUSHUA mengenai para murid-Nya? “Aku memerintahkan hal-hal ini kepadamu, supaya kamu dapat mengasihi seorang terhadap yang lain.” (Yohanes 15:17) “Dalam hal inilah semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jika kamu mempunyai kasih di antara seorang terhadap yang lain” (Yohanes 13:35)
Sungguh hal ini tidak terlihat sama sekali dari rombongan Budi Asali! Sangat memalukan!
Yang prihatin akan kejadian yang memalukan ini,
Aaron Halim
Toronto - Canada
Tanggapan Pdt. Budi Asali
(Tanggapan Terhadap Debat Terbuka “Keharusan Pemakaian Nama YHWH”)
Ada beberapa ayat yang sangat tepat untuk menggambarkan segi kebenaran yang menguntungkan atau sebaliknya dapat juga merugikan para pembangkang.
Roma 10:2-4 (2) Sebab aku memberi kesaksian terhadap mereka, bahwa mereka memiliki kecemburuan Elohim, tetapi bukan atas dasar pengenalan. (3) Sebab dengan tidak memahami kebenaran Elohim untuk menegakkan kebenarannya, dan dengan berusaha untuk menegakkan kebenarannya sendiri, mereka tidak tunduk kepada kebenaran Elohim. (4) Sebab Kristus adalah penggenapan hukum bagi kebenaran setiap orang yang percaya.
Kebanyakan orang-orang Kristen, pada hakekatnya memiliki kecemburuan atau bergiat untuk menegakkan kebenaran Elohim. Tetapi di ayat Roma 10:2, kita dapati sebuah ”tanda bahaya,” tentang adanya kecemburuan Elohim, tetapi bukan atas dasar pengenalan; pengenalan akan kebenarannya!
Mengapa saya tertarik untuk membagikan ayat-ayat ini? Saya membaca ulasan yang merupakan ringkasan dari ”Perdebatan di Surabaya” mengenai penggunaan nama sebenarnya dari Junjungan kita yang mulia.
Tanggapan Budi Asali:
Ulasan dr siapa? Apakah anda berhak menyimpulkan hanya setelah mendengar dr satu pihak? Tak ada yg lebih tolol dr itu. Lebih baik anda pesan VCD / DVD nya, lalu melihat sendiri bagaimana pihak Yahweh-isme dibantai!
Perdebatan ini di prakarsai oleh Budi Asali dkk, yang memanggil rombongan yang terdiri dari bapa Kristian Sugiyarto dan bapa Teguh Hindarto.
Perdebatan dibuka oleh Budi Asali yang pada ucapannya terungkaplah bahwa rombongan Budi ini tidak memiliki naskah untuk mengajukan alasan-alasan dari pihak mereka; jadi tujuan dari yang dikatakan perdebatan ini hanyalah untuk menyerang pihak pengagung nama Junjungan kita, tanpa ada analisa secara ilmiah dari pihak yang mengundang.
Tanggapan Budi Asali:
Apa maksud anda, kami tidak punya naskah? Asal tahu saja, persiapan saya utk thema Yahweh-isme saja mencapai 100 halaman lebih, krn memang mau dibukukan. Kalau dlm perdebatan sering tak bisa ditampilkan di layar, itu krn LCDnya dipasangkan lebih banyak ke laptop Kristian Sugiyarto, yg sebetulnya bilang mau bawa LCD sendiri, dan tahu2 melanggar janjinya, dan tak bawa LCD, dan lalu pakai punya kami yg shrsnya kami pakai!
Saya tak punya alasan2? Alasan saya banyak sekali. Dan kalau anda katakan saya menyerang, memang benar saya menyerang pandangan Teguh dan Kristian yg kelihatannya hanya pintar bahasa Ibrani, tetapi selebihnya spt doktrin, penguasaan biblika, sejarah, dsb, sangat minim, kalau tidak bisa dibilang nol besar!
Itu terlihat bahwa dlm sepanjang perdebatan, saya dan Pdt Esra tak pernah terdesak, dan selalu bisa menjawab pertanyaan / serangan mrk. Kalau anda tak setuju dg kata2 saya ini, coba tunjukkan dlm hal serangan mrk yg mana yg kami tak bisa jawab! Tetapi sebaliknya mrk berulang kali terperangah dan terdiam krn tak bisa menjawab serangan / pertanyaan kami. Atau lebih buruk lagi, kdg2 mrk lari dr pertanyaan, dan pd akhirnya, yg terburuk, Teguh lalu menuduh kami tidak fair. Malu krn kalah, lalu menuduh yg tidak2. Betul2 pengecut yg tak tahu malu!
Ini merupakan hal diluar etika perdebatan; bahkan si Budi ini melarang bapa Kristian untuk menyebutkan nama sesembahan mereka.
Tanggapan Budi Asali:
Kelihatan sekali anda tak tahu apa2 ttg perdebatan tsb, tetapi banyak bicara! Kapan dan dlm kasus apa saya melarang Kristian menyebut nama sesembahan mrk? Anda adalah seorang pemfitnah tolol yg tidak tahu malu yg mengatakan apa yg anda tidak ketahui
Sebetulnya dlm perjanjian melalui sdr Cahaya sbg pengantara, sudah ada kesepakatan bahwa debat ini hanya mengenai nama Yahweh, bukan ttg kata ‘Allah’, krn waktu tak mungkin mencukupi. Lalu debat ditetapkan per point sampai selesai point itu, baru ganti point lain. Maksudnya supaya tiap point tuntas. Juga saya minta supaya semua kata bahasa asing diterjemahkan, supaya semua bisa mengerti. Tetapi yg terjadi adalah: secara sangat tak tahu diri Bp Kristian yg saya beri kesempatan bicara dulu, bicara mungkin lebih dr 1 jam, mencakup beberapa point, dan bahkan mencakup kata ‘Allah’! Dan juga ia mungkin menggunakan bahasa Ibrani dan Yunani lebih banyak dr bahasa Indonesia, dan tanpa diterjemahkan. Saya kira ia hrs membaca dan mempelajari arti dr 1Kor 14:9,19 – “(9) Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara! ... (19) Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh”!
Tetapi semua itu saya biarkan, dan toh akhirnya Teguh menganggap saya menjadi moderator yg tidak fair. Saya tidak fair itu benar, tetapi tidak fair thdp siapa? Thdp diri kami sendiri! Kalau saya mau betul2 fair, kata2 Kristian shrsnya sudah saya hentikan jauh sebelum 1 jam yg membosankan / memuakkan itu selesai. Pd saat ia selesai semua bernafas lega!
Dari segi ini kita dapat melihat bahwa ada kejanggalan yang sangat menyolok dari tingkah laku kelompok penyembah allah ini! Dari kelompok ini, kita dapat mendengar betapa emosinya mereka, sampai menjerit-jerit tak ubahnya dari para barisan yang berdemonstrasi di Lebanon, dan Palestina yang sering ditayangkan di layar TV. Tidak terdapat buah-buah Roh Kudus sedikitpun dari kelompok tuan rumah yang tidak mempunyai suguhan bahan-bahan yang harus diperdebatkan.
Tanggapan Budi Asali:
Oho, lagi2 fitnahan dr org yg tidak tahu apa2. Yg membuat panas situasi saya kira pertama2 adalah Kristian yg ngomong satu jam tanpa tahu diri, dan lalu Teguh yg secara tak punya sopan santun memotong setiap kata2 saya. Apakah ia tak punya ibu bapa yg mendidik etika kepadanya bahwa hal spt itu ‘tidak tahu aturan’? Dan anda sendiri, apakah juga tak punya orang tua yg mengajar sopan santun, dan tak punya pdt / Tuhan yg melarang anda memfitnah tanpa tahu apa2?
Roma 10:3 mengatakannya dengan sangat jelas sekali: Sebab dengan tidak memahami kebenaran Elohim untuk menegakkan kebenarannya, dan dengan berusaha untuk menegakkan kebenarannya sendiri, mereka tidak tunduk kepada kebenaran Elohim.
Saya kutip ucapan dari pak Teguh kepada Budi Asali : "Saya masih ingat ketika berdiskusi dengan seorang doktor tentang nama allah yang mengatakan bahwa sampai mati dia tidak akan menggunakan Yahweh tetapi allah. Jadi seperti doktor ini menggunakan bahasa iman bukannya bahasa penelitian bahasa pengkajian. Jadi ketika pak Budi selalu mengatakan bahasa tidak peduli, sudah lebih dari 5 kali jadi untuk apa kita berdiskusi mengadu data kalau selalu tidak peduli, jadi menurut saya sangat memalukan karena selalu tidak peduli dengan data. Jadi ini adalah watak akademik yang harus diperbaiki dari bapak karena tidak bersifat akademis. Karena tidak peduli dengan data tentang perbandingan terjemahan PB dan PL".
Tanggapan Budi Asali:
Teguh itu pendusta dan penipu, dan anda org bodoh yg percaya saja semua dustanya. Saya mengatakan ‘tidak peduli’, jangankan baru 5 x, sampai 100 x pun itu bagus. Tergantung saya tak peduli kpd apa? Kalau tak peduli KS / PB, spt kelompok Yahweh-isme, tentu saja itu brengsek. Tetapi kalau saya tak peduli pd argumentasi yg tidak alkitabiah, tak punya dasar KS, dsb, salahkah itu? Jawab saya, org tolol!
Juga kalau saya katakan: saya tak peduli Yesus bicara dlm bahasa apa, yg penting pencatatan oleh Lukas ada dlm bahasa Yunani. Apakah salah mengatakan yg spt itu? Hrskah kita peduli bahasa apa yg Yesus gunakan, padahal kita tak tahu persis kata2Nya? Apakah tidak lebih waras kalau kita menggunakan apa yg tertulis dlm PB, misanya dlm Injil Lukas?
Pak Teguh meneguhkan kedudukan Budi Asali cs, bahwa mereka tidak memiliki naskah bahan perdebatan atau dasar penelitian atau pengkajian yang bersifat akademis. Mereka hanya bergerak atas dasar emosi tanpa persiapan untuk berdiskusi, hanya untuk menyerang dan mengejek. Ini adalah merupakan penggenapan dari frasa: tidak memahami kebenaran Elohim untuk menegakkan kebenarannya...
Kebenaran Elohim tidak terlihat dari kelompok mereka: sedangkan kebenaran dari sisi perdebatan atas dasar penelitian atau pengkajian, luput dari bahan persiapan mereka, maka tidaklah heran kalau pak Teguh mengatakan kepada Budi Asali dengan sopan: "watak akademik yang harus diperbaiki dari bapak..."
Tanggapan Budi Asali:
Yg hrs diperbaiki adalah Teguh sendiri, yg selain berdusta, memfitnah, dan juga membolak-balik omongan. Juga sikap arogannya yg tidak bisa menerima kekalahan dg jiwa besar!
Kesopanan dan roh lemah lembutlah yang ditunjukkan oleh rombongan pengagung nama Junjungan kita.
Tanggapan Budi Asali:
Nontonlah VCD nya org tolol, maka anda bisa melihat betapa lemah lembutnya kelompok anda!
Dari mana saya, yang berada lebih dari setengah dunia jauhnya dari Surabaya dapat mengetahui akan hal ini? Karena anak rohani saya telah mengirimkan rekaman perdebatan ini seluruhnya kepada saya.
Tanggapan Budi Asali:
Oho, jadi anda menonton VCD / DVD nya? Kalau anda memang sudah menonton, tetapi bisa menyimpulkan spt itu, anda pasti buta, tuli dan idiot!
Saya teruskan Roma 10:3 "dengan berusaha untuk menegakkan kebenarannya sendiri, mereka tidak tunduk kepada kebenaran Elohim". Saya kutip kembali kata-kata pak Teguh kepada Budi Asali : "Jadi ketika pak Budi selalu mengatakan bahasa tidak peduli, sudah lebih dari 5 kali jadi untuk apa kita berdiskusi mengadu data kalau selalu tidak peduli, jadi menurut saya sangat memalukan karena selalu tidak peduli dengan data".
Saya setuju dengan pak Teguh, jalan perdebatan itu sangat memalukan dan tidak sedikitpun menunjukan kasih Kristus di pihak kelompok Surabaya. Apakah kata YAHUSHUA mengenai para murid-Nya? “Aku memerintahkan hal-hal ini kepadamu, supaya kamu dapat mengasihi seorang terhadap yang lain.” (Yohanes 15:17) “Dalam hal inilah semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jika kamu mempunyai kasih di antara seorang terhadap yang lain” (Yohanes 13:35)
Sungguh hal ini tidak terlihat sama sekali dari rombongan Budi Asali! Sangat memalukan!
Tanggapan Budi Asali:
Ayat yg anda kutip itu cocok kalau kasusnya adalah antar anak2 Tuhan, bukan kalau satu anak Tuhan dan yg lain anak setan. Apakah Yesus ramah kpd org2 Farisi dan ahli2 Taurat? Apakah Paulus ramah kpd nabi2 palsu (Bdk Gal 1:6-9 Fil 3:2). Apakah Elia ramah kpd nabi2 Baal? Saya melihat dg jelas, dr ketidak tundukan kelompok Yahwehisme ini pd PB, dan juga dari kata2 Teguh sendiri yg menolak Tritunggal (ini pembicaraan pribadi dia dg saya), dan kepercayaan2 sesat lain yg ada dlm diri mrk, bahwa mrk bukanlah anak2 Tuhan. Mrk adalah org2 sesat dan sekaligus penyesat, yg hrs dikutuk, dan dihabisi dlm argumentasi, dan itulah yg telah kami lakukan dg sukses dlm perdebatan tgl 14 Juni tsb! Puji Tuhan, Allah kita yg kekal, dr selama-lamanya sampai selama-lamanya!
Yang prihatin akan kejadian yang memalukan ini,
Aaron Halim
Toronto - Canada
Tanggapan Budi Asali:
Saya ingin tambahkan beberapa hal:
Tadi saya sudah katakan bgm Kristian melanggar perjanjian habis-habisan dg bicara tanpa tahu diri selama mungkin lebih dr 1 jam (rasanya sih 1 abad!). Sekarang saya beri info ttg hal2 lain sbb:
a) Sebelum debat, Pdt Esra sudah janjian dg Kristian bahwa setelah debat hari Sabtu, minggu paginya akan debat lagi secara pribadi. Tetapi kenyataannya, minggu pagi Pdt Esra sms kpd Kristian menanyakan ttg hal itu, dan tidak dijawab sama sekali oleh kristian. Why? Takut? Kapok krn tadi malamnya dihajar habis2an?
b) Dlm acara debat, pd saat saya serang, Teguh berkata: pertanyaan anda memojokkan / menyudutkan kami! Ini adalah kata2 paling tolol dan tidak tahu malu yg saya pernah dengar dr org yg berdebat. Ini spt org main catur yg memprotes lawannya yg men’skak’ dia, atau spt seorang petinju dlm pertandingan tinju yg memprotes lawannya yg meninjunya. Berdebat itu memang memojokkan, dan ia tidak akan pernah terpojok seandainya ia menang dlm perdebatan tsb. Saya sendiri tak pernah merasa terpojok oleh serangan Teguh maupun Kristian, yg memang saya kira bukan tandingan saya. Terlalu mudah mengalahkan dan menghabisi mrk.
c) Dlm perdebatan itu, tahu2 ada yg menjemput Teguh utk pulang ke Jogja. Mula2 saya abaikan, krn jamnya memang belum selesai. Tetapi akhirnya krn yg menjemput memaksa, saya tanya kpd Teguh: ‘Memang hrs pulang?’. Dia jawab cepat2: ‘Ya’. Jadi akhirnya debat saya akhiri. Tetapi aneh, kalau memang hrs pulang cepat2, mengapa pd awal debat pd waktu saya katakan debat akan sampai pk 21.30 atau pk 22, ia tidak memprotes? Juga setelah debat selesai, ia ternyata masih ada waktu utk bicara2 cukup lama. Jadi, jelas tidak ada keterburu-buruan. Lalu saya tanya: ‘Naik apa pulang ke Jogja?’. Mrk jawab: ‘Naik Bis’. Saya tanya lagi: ‘Apa ada bis malam2 begini?’. Mrk jawab: ‘O ada 24 jam sehari’. Jadi, apa perlunya tergesa-gesa? Hanya krn merasa dirinya kalah dan dihajar / dipermalukan habis-habisan dlm debat itu, lalu ingin cepat2 pulang. Dlm tinju, ini namanya ‘saved by the bell’!
d) Setelah debat selesai, Pdt Esra kirim artikel lagi kpd Kristian, yg ternyata tak memberikan jawaban apapun.
e) Dlm perdebatan tgl 14 Juni itu pihak Yahweh-isme membawa wartawan. Dia mula2 kelihatan bersemangat, dan merekam perdebatan dg menggunakan walkman. Tetapi pd akhir dr perdebatan, dia kelihatan loyo sekali. Mungkin dia bingung, mau diceritakan bagaimana perdebatan ini? Krn kelihatan nyata bahwa kelompok Yahweh-isme hancur total!
f) Sebelum perdebatan, pihak mrk minta kepada saya supaya diijinkan men-shooting perdebatan. Saya tolak, krn kami yg akan melakukan shooting. Tetapi saya janjikan mrk akan kami beri VCD / DVD nya. Tetapi setelah debat selesai, sampai saat ini mrk tak pernah meminta VCD / DVD nya. Mengapa? Saya yakin mrk lebih memilih tak ada org yg lihat DVD nya, yg memamerkan kehancuran mrk!
Kesimpulan: debat itu kelompok Yahweh-isme memang KO secara meyakinkan!
Krn itu dg ini saya mengajukan tantangan terbuka kpd siapapun dr kelompok Yahweh-isme utk berdebat ttg hal ini dg saya! Jangankan hanya org yg pintar bahasa Ibrani, kalaupun org Yahweh-ismenya itu adalah org Yahudi sekalipun, yg masih bicara bahasa Ibrani, saya tidak takut, asal debat dlm bahasa Indonesia! Tetapi bagi yg berani maju, saya ingatkan: siap2lah utk saya pukul KO spt Teguh dan Kristian!! Hehehe!
8 komentar:
Karena si Aaron kasih komentar juga dalam diskusi saya dengan mr. Kristian, saya sudah kasih info tentang tanggapan di situs ini pada mereka. Semoga ada yang mau komentar di sini.
http://ksugiyarto.multiply.com/journal/item/6/Kesaksian_para_Bapak_Gereja_atas_Injil_Ibrani_Matius?replies_read=136
Paijo (Mataram)
Wah, tampaknya dari tanggapan terakhir dari si Aaron "Birkat" Halim, dia tidak bersedia memberi tanggapan.
Paijo
Komentar si Aaron terhadap Yohanes 15:17 jelas menunjukkan bahwa pengaruh feminisme dalam gereja.
Paijo
Saya setuju dengan pendapat dan argumennya pak budi. Tapi sedikit masukan dari saya buat pak budi, anda berhak bersikap keras tapi kata "tolol" terkesan sangat kasar. Mungkin ada orang seperti saya yang sebenarnya setuju dengan pendapat dan argumen anda, tapi menurut saya kata "tolol" terlalu sering diucapkan membuat anda terkesan emosional.
Setelah saya cari di Internet, ternyata golongan ini asalnya dari US dan tadi ada web site yang membongkar kebodohan mereka.
Websitenya di sini: http://www.sacrednamemovement.com/
Paijo
Website itu sudah saya temukan sebelum debat dengan mereka tanggal 14 Juni lalu. Penulisnya adalah Garry Mink. Saya kirimkan ke Pak Budi dan kami pelajari dan juga kutip dalam persiapan kami. Makanya argumentasi mereka hancur2an
Esra
Kayaknya kemarin waktu debat, kedua penganut Yahweisme itu betul-betul memanfaatkan kesempatan menyebarkan kesesatan mereka dengan tidak menanggapi argumen pak Budi dan pak Esra. Mereka memilih mengkhotbahkan kesesatan mereka daripada menanggapi argumen.
Paijo
Syalom,
Kehadiran Pelangi Kasih Ministry di kota Kupang menambah keragaman & ketajaman berpikir masyarakat NTT, bahkan umat Kristen di luar NTT. Berbagai perdebatan yang digelar menempatkan Ezra Soru dan Budi Asali sebagai pemikir Kristen yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Gagasan-gagasan teologis yang dikemukakan mengingatkan pentingnya mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap kekuatan, dan segenap akal budi. Memang Iman dan logika tidak bertolak belakang. Keduanya sama-sama penting untuk membangun fondasi teologi. Iman yang sejati adalah iman yang berakal budi; akal budi yang benar adalah akal budi yang lahir dari iman.
Sebagai masyarakat ilmiah, saya menghargai dan menghormati bahkan mendukung segala perdebatan yang diprakarsai oleh Soru dan Asali. DEngan cara demikian diharapkan segala persoalan teologis yang masih 'mengganjal' di hati kita (mungkin) dapat terselesaikan, minimal ada arah baru yang segar bagi cara kita berpikir.
Harapan saya, perdebatan ini tidaklah sama dengan upaya mencari soal-soal yang menimbulkan pertengkaran, sebab semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka. Kiranya berbagai perdebatan yang digelar tidak hanya bermuara sikap egocentris semata. Dengan kata lain, motivasi perdebatan adalah mengungkapkan identitas kebenaran apa adanya yang berguna bagi pertumbuhan jemaat, bukan dengan tujuan yang tidak mulia seperti menyombongkan diri karena merasa pengetahuan teologi yang dimiliki lebih dari orang lain, atau sekedar ingin menyatakan kepada khalayak ramai bahwa kamilah yang terbaik. Tentu saja Soru dan Asali bertanya, mengapa saya menulis demikian? Alasannya sederhana, dalam setiap perdebatan Soru dan Asali banyak menggunakan kata-kata yang tidak pantas untuk digunakan oleh seorang yang berpendidikan, apalagi Hamba Tuhan. Saya kira saya tidak perlu menyembutkan kata-kata mana saja yang saya maksudkan sebab saya yakin Soru dan Asali mengetahui dengan jelas apa yang saya maksudkan. Akan lebih baik dan lebih memberkati orang lain jika suatu persoalan diselesaikan dengan cara anak-anak Tuhan, yakni dengan kata-kata yang membangun, sopan, dan penuh kasih. Jika tidak demikian, maka tidak ada perbedaan antara anak-anak Tuhan dengan anak-anak dunia. Bagaimana pun kita berbeda dengan dunia. Maksutnya, segala perilaku, sikap, perasaan, cara berpikir, dan perkataan kita haruslah berbeda dengan dunia. Ingat, kita tidak hanya hidup menurut aturan dunia (karena kita masih di dunia), tetapi kita juga mesti memenuhi aturan sorga (karena kita adalah warga kerajaan sorga). Itu saja!
Usul saya: bagaimana jika kata "PERDEBATAN" diganti dengan kata "DIALOG". Sebab perdebatan hampir selalu identik dengan debat kusir yaitu mencari soal-soal yang tidak penting, dan terkesan hanya menghabiskan waktu. Sedangkan dialog lebih terkesan smart dan intelektualis. Dialog selalu identik dengan pertukaran pikiran dan arahnya lebih kepada pengungkapan kebenaran yang proporsional tanpa meniadakan gagasan orang lain. Sebab tanpa gagasan mereka kita tidak mungkin mengetahui dengan jelas kebenaran gagasan kita. Akhirnya SOLIDEO GLORIA
Surabaya, 30 Sep. 2008
Salam dan doa,
Alfred Mathias
email: alfredmathias23@yahoo.co.id
Posting Komentar