Selasa, 15 Juli 2008

IBADAH DAN KERJA


Esra Alfred Soru



Beberapa waktu yang lalu saya diminta oleh sekelompok orang untuk membawakan sebuah renungan dengan tema “Ibadah dan Kerja”. Ini tentu adalah tema yang bagus dan menarik. Mengapa? Karena tema ini ingin mempertemukan dua hal yang seolah-olah bertolak belakang. Di satu sisi ada orang yang bekerja sampai lupa beribadah. Mereka terlalu sibuk dengan urusan-urusan pekerjaan di kantor, di laut, di kebun, di pasar dan tempat-tempat lainnya sehingga mereka tidak mempunyai kesempatan atau lupa untuk beribadah kepada Tuhan. Itulah sebabnya Mat 6:33 berkata : Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu’. Di sisi yang lain ada orang-orang yang terlalu bersemangat dalam beribadah sampai mereka lupa untuk bekerja. Bagi mereka, ibadah adalah segala-galanya. Dan mereka bisa menghabiskan seluruh waktu mereka untuk beribadah dan enggan untuk bekerja. Aliran-aliran sesat yang berkaitan dengan akhir zaman yang sering menubuatkan bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali tanggal sekian bulan sekian tahun sekian biasanya mempunyai gejala semacam ini. Mereka biasanya menghentikan diri dari segala macam aktivitas dunia dan hanya berkonsentrasi pada ibadah (menyanyi, berdoa, baca Kitab Suci) saja. Ambil contoh grupnya Mangapin Sibuea yang heboh beberapa tahun yang lalu yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali di kampung Baleendah di Bandung pada tanggal 10 November 2003. Mereka lalu berkumpul di kampung itu dan hanya beribadah mempersiapkan diri menanti kedatangan Tuhan Yesus dan menghentikan diri dari berbagai aktivitas pekerjaan. Ada begitu banyak orang dari NTT yang termakan tipu daya si Sibuea itu dan menjual semua harta benda mereka (rumah, sawah, tanah, dll) bahkan ada juga yang mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri hanya untuk pergi ke Baleendah untuk menanti kedatangan Tuhan Yesus. Demikian juga dengan sekte pimpinan Jim Jones di Amerika yang karena percaya bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali pada tanggal, bulan dan tahun tertentu lalu menyerukan kepada semua pengikutnya : ‘Hai suami-suami, ceraikanlah isterimu, hai isteri-isteri, ceraikanlah suamimu. Juallah rumahmu dan semua hartamu, berhentilah dari segala pekerjaan duniawi, para pelajar, berhentilah dari sekolah/kuliahmu dan marilah berhimpun bersama menyongsong kedatangan Tuhan Yesus’. Itulah ciri-ciri dari hampir semua sekte akhir zaman. Berhenti dari segala macam pekerjaan dan hanya beribadah saja. Jadi ada orang-orang yang hanya mau bekerja dan lupa ibadah, ada orang lain lagi yang hanya mau beribadah dan lupa bekerja.


Bagaimana pandangan Alkitab tentang kedua sikap ekstrim ini ? Ternyata Alkitab mengecam keduanya. Alkitab mengecam orang yang tidak mau beribadah dan juga mengecam orang yang tidak mau bekerja. Bagi orang yang tidak mau beribadah, Kitab Suci berkata : “Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu -- kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kau dirikan; rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kau isi; sumur-sumur yang tidak kau gali; kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kau tanami -- dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang, maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah’. (Ulangan 6:10-13). Tetapi bagi yang tidak mau bekerja, Kitab Suci berkata : ‘Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya…., karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu…..Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri’. (2 Tes 3:6-12).


Memang ada juga orang yang menyeimbangkan “ibadah” dan “kerja” tetapi tidak dalam pengertian yang benar. Mereka menganggap ibadah adalah hal-hal yang sifatnya rohani saja seperti baca Alkitab, berdoa, menyanyi, dll. Dan kerja adalah hal-hal yang sifatnya duniawi seperti main bola, memasak, kerja kantoran, dll. Dari sini kita bisa melihat bahwa pemahaman tentang ibadah dan kerja bagi kebanyakan orang Kristen masih terlalu kabur. Karena itu lewat tulisan ini akan saya ungkapkan 3 hal penting.


ALLAH ADALAH ALLAH YANG BEKERJA


Allah adalah Allah yang bekerja. Alkitab selalu menampilkan Allah sebagai Allah yang aktif, Allah yang bekerja. Misalnya dalam cerita penciptaan alam semesta. Jelas Allah telah bekerja yakni mencipta. Memang ada kalanya Allah hanya berfirman dan semuanya jadi tetapi itu tidak menghilangkan kesan bekerjanya Allah. Toh waktu Ia menciptakan manusia, Alkitab bersaksi : ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup’ (Kej 2:7). Juga Kej 2:21-22 : “Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu’. Sebelum penciptaan manusia perempuan, Allah juga membentuk binatang dari tanah : “Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu’ (Kej 2:19). Semua ini membuktikan bahwa dalam peristiwa penciptaan, Allah telah menampilkan diri sebagai Allah yang bekerja walau harus ditambahkan bahwa kerjanya Allah tidak boleh dibayangkan sebagai sesuatu yang melelahkan Dia.


Bukan hanya dalam peristiwa penciptaan Allah tampil sebagai Allah yang bekerja. Allah adalah Allah yang bekerja juga terlihat dari karya providensi-Nya atau karya pemeliharaan-Nya atas alam semesta yang telah dijadikanNya. Aliran Deisme percaya bahwa setelah menciptakan alam semesta ini, Allah lalu meninggalkannya berjalan menurut hukum-hukumnya sendiri. Jadi Allah tidak lagi berurusan dengan dunia ini sama seperti seorang pembuat jam tangan. Ia merancangkan jam tangan sedemikian rupa dan setelah itu jam tangan itu berjalan berdasarkan hukum-hukumnya tanpa kontrol dari si pembuat jam lagi. Jadi apa yang terjadi dengan jam tangan itu di kemudian hari bukanlah urusan si pembuat jam tadi. Kita tidak percaya dengan teori omong kosong dari aliran Deisme ini. Alkitab mengatakan bahwa Allah setelah menciptakan alam semesta tidak lalu meninggalkannya sendiri. Ia tetap berurusan dengan alam semesta ini terutama manusia yang ada di bumi. Ia memelihara manusia dengan memenuhi kebutuhannya seperti memberikan matahari dan hujan. Mat 5:45 berkata : Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar’. Juga dalam Kis 14:15-17 dikatakan : "….supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan." Pemeliharaan Allah juga nampak dalam hubungan dengan bangsa-bangsa. Ia mendisiplin Israel yang tidak taat (Ul 28:15-68) tetapi Ia juga memulihkan mereka (Ul 30:1-10). Ia menghakimi Mesir (Kel 7-11), Ia membangkitkan bangsa-bangsa untuk berkuasa dan menurunkan mereka (Dan 2:21a, 31-43). Penulis surat Ibrani menulis dengan sangat indah tentang Yesus Kristus bahwa : Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan…”. Jelas bahwa setelah Allah bekerja menciptakan alam semesta ini, Ia terus bekerja di dalam memelihara kelangsungan alam semesta ini. Ia tidak berhenti bekerja.


Pekerjaan Allah terus berlanjut. Ya, Ia bekerja dalam karya penebusan dosa manusia. Bapa mengutus Yesus ke dalam dunia ini dan bekerja keras demi menebus dosa manusia. Yesus adalah Allah sendiri tapi dalam masa inkarnasi-Nya, Ia juga menjadi manusia. Dan sebagai manusia Ia terkenal sebagai orang yang suka bekerja. Alkitab memang mengatakan bahwa Ia adalah anak tukang kayu (Mat 13:55) tetapi juga mengatakan bahwa Ia adalah tukang kayu. “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? ….’. (Mark 6:3). Pastilah Ia adalah orang yang bekerja. Dalam konteks yang lain Ia berkata : Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." (Yoh 5:17).


Apakah pekerjaan Allah sudah selesai sampai di situ saja? Tidak! Pekerjaan-Nya masih berlanjut dalam kaitan dengan eskatologi Kristen di mana pada akhir zaman nanti Ia akan bekerja untuk menghakimi dunia ini. Kis 17:31 berkata : Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, … Demikian juga Roma 2:16 : “Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesusdan masih banyak ayat lainnya.


Jadi jelas bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang bekerja. Memang di dalam Kej 2:2-3 dikatakan bahwa : Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu” tapi itu hanya menunjukkan bahwa Ia berhenti mencipta bukan berhenti bekerja dalam segala hal. Fakta ini menarik. Allah adalah Allah yang bekerja! Artinya, jika kita bekerja maka kita mirip Allah. Kalau kita tidak bekerja atau malas bekerja berarti kita mirip siapa? Setan? Tidak! Karena setan pun bekerja bahkan rajin bekerja untuk tujuannya. Tuhan bekerja! Setan juga bekerja! Kalau engkau tidak bekerja maka engkau menjadi makhluk aneh yang tidak mirip Tuhan juga tidak mirip setan. Entah mirip apa? Jawab saja sendiri!!!


MANDAT KEBUDAYAAN = MANDAT KERJA


Saya pernah mendengar ada orang yang berkata demikian : “Coba kalau Adam dan Hawa tidak jatuh ke dalam dosa, mungkin kita tidak akan bekerja repot-repot. Kita pasti tinggal seperti dalam taman Eden. Makan, minum, tidur, bermain, dll. Pokoknya semua serba santai !’ Benarkah demikian ? Tidak ! Setelah Allah menciptakan manusia, Ia telah memberikan kepada manusia suatu mandat atau perintah untuk bekerja. Ini terjadi sebelum manusia pertama jatuh ke dalam dosa. Perintah kerja ini tertuang dalam Kej 1:28 yang berbunyi demikian : “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi’. Di dalam Alkitab terjemahan lama (TL) bunyinya demikian : “Maka diberkati Allah akan keduanya serta firman-Nya kepadanya: Berbiaklah, dan bertambah-tambahlah kamu, dan penuhilah olehmu akan bumi itu dan taklukkanlah dia, dan perintahkanlah segala ikan yang di dalam laut dan segala unggas yang di udara dan segala binatang yang menjalar di atas bumi”. Lebih jelas lagi dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) : “Kemudian diberkati-Nya mereka dengan ucapan "Beranakcuculah yang banyak, supaya keturunanmu mendiami seluruh muka bumi serta menguasainya. Kamu Kutugaskan mengurus ikan-ikan, burung-burung, dan semua binatang lain yang liar”. Ayat lainnya yang senada dengan Kej 1:28 adalah Kej 2:15 yang berbunyi : “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”. Terjemahan BIS berbunyi : “Kemudian TUHAN Allah menempatkan manusia itu di taman Eden untuk mengerjakan dan memelihara taman itu”. Terjemahan Todays English Version (TEV) berbunyi : “Then the LORD God placed the man in the Garden of Eden to cultivate it and guard it (Lalu Tuhan Allah menempatkan manusia di taman Eden untuk mengolah/menanami dan menjaga/memeliharanya”). Jadi manusia sesaat setelah diciptakan langsung diberi perintah oleh Allah untuk bekerja, mengolah, menanami, memelihara/menjaga lingkungannya. Tentu saja kerja manusia saat itu dalam hubungan dengan konteks mereka yakni mengurus ikan-ikan, burung-burung dan semua binatang serta lingkungan mereka (taman Eden). Dalam konteks kita, ayat ini harus dimengerti secara lebih luas berkaitan dengan semua bentuk pekerjaan atau tugas harian kita yang membawa keseimbangan bagi kelangsungan hidup bersama. Jadi pada saat seorang pegawai bekerja dengan sungguh-sungguh di kantor, seorang nelayan bekerja di laut, seorang petani bekerja di sawah dan ladang, seorang sopir dan tukang ojek bekerja di jalan, seorang pedagang bekerja di pasar, seorang guru/dosen bekerja di kelas dan lain-lainnya, itu berarti bahwa mereka semua sementara melakukan mandat kerja yang diberikan oleh Tuhan. Ini juga berarti bahwa yang malas kerja atau bekerja dengan malas-malasan, yang absent terus, yang pura-pura sakit, yang kerja “curi tulang”, yang kerja sambil ngomel, dsb sama dengan melawan perintah Tuhan dan itu adalah dosa. Ingat, Alkitab menentang orang yang malas. Di dalam kitab Amsal ada begitu banyak kecaman terhadap kemalasan seperti Ams 6:6-9 : “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak ”, Ams 6: 9-11 : “Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" -- maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata”. Ams 18:9 : ‘Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak’ dan masih banyak ayat lainnya. Juga rasul Paulus memberi nasihat yang tegas dalam 2 Tes 3:6-12 : (6) Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami. (7) Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, (8) dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun di antara kamu. (9) Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti. (10) Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. (11) Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. (12) Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri. Jadi TIDAK BEKRJA = DOSA !!!


KERJA = IBADAH


Di bagian awal tulisan ini sudah saya katakan bahwa ada orang yang hidupnya tidak seimbang. Ada yang rajin bekerja tapi tidak suka beribadah dan ada orang lain lagi yang sukanya hanya beribadah dan malas bekerja. Keduanya salah! Manusia harus bekerja dan juga harus beribadah. Lebih dalam dari itu, ternyata bekerja juga dapat dilihat sebagai suatu bakti atau ibadah kepada Tuhan. Ibadah tidak boleh dibatasi pada ritual-ritual religius saja atau aktivitas-aktivitas rohani saja seperti berdoa, baca Kitab Suci, menyanyi, dll tetapi pada seluruh bakti kita kepada Tuhan dan sesama. Efesus 6:5-7 berkata : Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia”. Itu berarti bahwa setiap orang adalah hamba Tuhan. Jadi salah kalau kita menganggap bahwa hamba Tuhan hanyalah para pendeta atau penginjil. Semua orang percaya yang bekerja dalam profesi masing-masing adalah hamba-hamba Tuhan termasuk Pak John yang adalah pegawai di kantor, Pak Charles yang adalah dosen/guru di kelas, Ama Tobo yang adalah nelayan di laut, Om Tinus yang adalah petani di ladang, Minggus, Jefry dan Maksi yang adalah sopir, kondektur dan tukang ojek di jalanan, Ina Dohe yang adalah pedagang di pasar, dll. Semuanya adalah hamba Tuhan asal semuanya melakukan pekerjaan masing-masing dengan kesadaran bahwa itu dilakukan sebagai orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. Karena semua itu dilakukan untuk Tuhan, dapatlah dikatakan bahwa kerja kita = ibadah kita.


Anda pernah mendengar kata “liturgi”? Kata “liturgi” ini biasa dikaitkan dengan susunan acara dalam sebuah ibadah atau ritual keagamaan yang bersifat resmi seperti di gedung gereja misalnya. Kata “liturgi” ini sebenarnya sudah dipakai sejak 400 tahun sebelum Yesus lahir ke dalam dunia ini. Kata ini berasal dari 2 kata bahasa Yunani yakni “LEOS” yang berarti rakyat dan “ERGON” yang berarti kerja. Jadi “Leitorgia” berarti kerja bakti yang dilakukan oleh penduduk kota. Inilah arti kata “liturgi” yang mula-mula. Jadi pada saat itu ‘liturgi’ menunjuk pada apa yang dibaktikan seseorang bagi kehidupan bersama. 100 tahun kemudian (300 SM) barulah kata tsb dikaitkan dengan ritual dalam kuil penyembahan dan pada waktu yang lebih kemudian barulah secara eksklusif dipakai dalam tata ibadah di Bait Allah, Sinagoge dan kemudian Gereja. Dengan demikian ibadah dan kerja adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kerja kita adalah ibadah kita. Jadi kalau ada orang yang rajin berbakti di gereja tetapi di dalam pekerjaan setiap hari bermalas-malasan maka sebenarnya ia tidak beribadah dengan baik atau dengan kata lain ibadahnya pincang.


Karena kerja kita adalah ibadah maka tidak bekerja / malas bekerja sama dengan tidak beribadah / malas beribadah. Bekerja tidak sungguh-sungguh sama dengan beribadah tidak sungguh-sungguh. Bekerja tidak jujur sama dengan beribadah tidak jujur. Menipu dalam bekerja sama dengan menipu dalam ibadah. Dan semua itu adalah dosa di hadapan Tuhan. Ingat, ibadahmu adalah kerjamu; kerjamu adalah ibadahmu. C.S. Lewis ketika mengomentari bidat-bidat yang hanya menantikan kedatangan Yesus kembali dan melarang pengikut-pengikutnya untuk bekerja berkata demikian : “Berbahagialah seorang petani yang pergi mengerjakan sawahnya supaya dapat memberikan makanan kepada yang lapar, atau seorang ilmuwan yang mencoba atau berupaya menemukan pengobatan yang berguna untuk menyelamatkan beribu-ribu nyawa. Bila Kristus datang, si petani tidak akan menuai tuaiannya, si ilmuwan tidak berhasil dalam pencariannya. Hal tersebut tidak menjadi masalah. Yang penting mereka berada dalam tugasnya masing-masing ketika Sang Pemeriksa datang. (The Christian Hope; hal 50). SELAMAT BERIBADAH, SELAMAT BEKERJA!


Tidak ada komentar: