Tanggapan Untuk Julius Sangguwali (JS)
Oleh:Esra Alfred Soru
JS menulis : “….saya ingin mengutip pandangan Will Durant, yang adalah sejarawan mengakui dengan jujur tentang asal-usul doktrin Tritunggal dalam bukunya, The Story of Civilization: Part III, (1978:595), ‘Kekristenan tidak membuang kekafiran; melainkan menerimanya….Dari Mesirlah gagasan mengenai suatu tritunggal ilahi muncul (kursif, pen.). Jelas, doktrin Tritunggal tidak berdasarkan Alkitab, tetapi dengan resmi barulah ratusan tahun kemudian diterima pada Konsili Nicea tahun 325. Doktrin tersebut memasukkan gagasan kafir yang mempunyai asal-usul lama berselang di Babel dan Mesir zaman purba dan digunakan di negeri-negeri lain juga.
Tanggapan saya : Anda katakan sejarawan tersebut ‘mengakui dengan jujur’. Apa dasarnya anda mengatakan ‘dengan jujur’? Apakah hanya karena kata-kata dia sesuai pandangan anda? Alangkah subyektifnya! Buktikan bahwa doktrin Allah Tritunggal berasal dari agama kafir! Tunjukkan apa agamanya, dan bagaimana ajarannya, baru bicara!
Kepercayaan Pra Nicea
Dalam tanggapan saya terhadap Frans Donald, saya mengutipkan banyak pandangan dari bapa-bapa gereja untuk membuktikan bahwa kepercayaan terhadap doktrin Tritunggal sudah ada sebelum konsili Nicea. Namun beberapa data yang saya ungkapkan ini dibantah oleh JS misalnya tentang Aristidas, Justin Martyr dan Polycarp dan JS membuat kesimpulan : “Untuk menanggapi sekitar hal ini, terasa sudah cukup, untuk membuktikan EAS telah memanipulasi ajaran bapa-bapa pra-Nicea ini, menjadi: Lebih ‘indah kabar dari rupa’. He…he… lucu sekali kata-kata JS ini. Dalam tulisan saya, saya memberikan begitu banyak kutipan pandangan bapa-bapa gereja seperti Aristides, Justin Martyr, Mathetes, Tatian, Melito, Irenaeus, Theophilus, Clement, Tertullian, Hippolatus, Origenes, Novatian, Ignatius, Cyprian, Gregory the Wonder-worker, Methodius, Arnobius, dan Lactantius. Jadi ada 18 nama yang saya kutipkan.
Seandainya memang Aristides, Justin Martyr dan Polycarp memang tidak mengajarkan Tritunggal, berarti baru 3 pendapat yang digugurkan oleh JS. Lalu bagaimana dengan 15 pendapat yang lain? Karenanya kalau hanya menggugurkan 3 dan berkesimpulan semacam di atas, jelas sangat lucu. Katakanlah bahwa memang Aristides, Justin Martyr dan Polycarp tidak mengajarkan Tritunggal atau tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah, lalu bagaimana dengan kata-kata Mathetes : “Ini adalah Ia yang berada dari kekal, yang sekarang disebut Sang Putera”. Bagaimana dengan kata-kata Tatian the Syrian : “…Allah telah lahir dalam bentuk seorang manusia”.
Bagaimana dengan kata-kata Melito dari Sardis : “Aktivitas dari Kristus….memberikan indikasi dan jaminan pada dunia tentang keilahian-Nya yang tersembunyi di dalam daging. … Ia menyembunyikan tanda-tanda keilahianNya walaupun Ia adalah Allah yang sejati sebelum segala zaman”. Bagaimana dengan kata-kata Irenaeus : “Selanjutnya Ia (Allah) menciptakan segala sesuatu, bersama Firman-Nya yang dengan tepat disebut Allah dan Tuhan, …”, “…Kristus Yesus adalah Tuhan kami, dan Allah, …”. ““Yesus Kristus adalah satu dan sama, satu-satunya Anak Allah, Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna”.
Bagaimana dengan kata-kata Clement : “Anak-Nya Yesus, Firman Allah adalah instruktur kita…Ia adalah Allah dan pencipta”, “Aku mengerti bahwa tidak ada hal lain lagi yang lebih daripada Tritunggal Yang Kudus…Yang ketiga adalah Roh Kudus, dan Anak yang kedua, yang olehNya segala sesuatu diciptakan menurut kehendak Sang Bapa”.
Bagaimana dengan kata-kata Origen : “Tidak ada dalam Tritunggal yang dapat disebut yang terbesar atau lebih kecil, …”, “…Yesus Kristus sendiri berasal dari Allah Bapa sebelum segala ciptaan ada… Walaupun Dia Allah, Dia menjadi daging dan mengambil rupa manusia, namun DIA TETAP DIA ADANYA, yaitu ALLAH”. Bagaimana dengan kata-kata Novatian : “…Dia sebagai Anak Allah yang adalah Allah…. karena itu, biarlah mereka yang membaca bahwa Yesus Kristus Anak Manusia itu adalah manusia juga membaca bahwa Yesus yang sama juga adalah Allah dan Anak Allah”.
Bagaimana dengan kata-kata Ignatius : “Kita juga punya seorang tabib yaitu Tuhan Allah kita, Yesus Kristus,…”, “Bagi Allah kita Yesus Kristus, ada di dalam Bapa adalah penyataan yang lebih jelas” Bagaimana dengan kata-kata Cyprian : Siapa yang menyangkal Yesus sebagai Allah tidak dapat menjadi bait Roh Kudus”. Bagaimana dengan kata-kata Gregory the Wonder-worker : “…kita percaya bahwa 3 pribadi yang disebut Bapa, Anak dan Roh Kudus menyatakan memiliki satu ketuhanan”. Bagaimana dengan kata-kata : “Karena kerajaan Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah satu, bahkan substansi mereka adalah satu dan kedaulatanNya satu. Yang mana, dengan pemujaan yang satu dan sama, kita menyembah satu Allah dalam 3 pribadi”.
Bagaimana dengan kata-kata Arnobius : “Apakah Kristus Tuhanmu? Memang Dia Tuhan, dan Allah dari kuasa yang tersembunyi”. Bagaimana dengan kata-kata Lactantius : “…Jadi Dia Allah dan manusia..”. Silahkan gugurkan semua ini dulu baru bilang bahwa saya memanipulasi ajaran bapa-bapa gereja. Kalau anda hanya bisa gugurkan 3, paling-paling yang bisa anda buktikan adalah bahwa saya salah dalam memahami ajaran 3 tokoh ini tapi tidak pernah bisa meruntuhkan kesimpulan bahwa bapa-bapa gereja memang mengajarkan Tritunggal dan keallahan Yesus. Karena itu kesimpulan yang anda buat di atas terlalu tergesa-gesa. Peribahasa/ungkapan yang cocok untuk hal ini selain ‘Jauh Panggang Dari Api’ adalah ‘Jauh Julius Dari Pintar’.
Hanya Dua Subjek
Ketika saya mengutipkan kata-kata Justin Martyr, JS mengomentarinya dengan berkata : “…Kutipan ini, hanya menunjukkan dua subjek. Di mana subjek ketiganya?....Kutipan EAS pada kalimat terakhir, ‘Justin Martyr yang hidup pada tahun 150 M sudah percaya bahwa Yesus adalah Allah”, tentu tidak sama secara tersurat, ia percaya doktrin Tritunggal.
Ini namanya: Indah kabar dari rupa (kabar biasanya melebihi keadaan sebenarnya). Memang kalau diperhatikan kutipan-kutipan yang saya berikan, kebanyakan hanya menyatakan 2 subyek (Bapa dan Anak). Tetapi tidak semua kan? Ada juga kutipan yang membicarakan 3 subyek (Bapa, Anak dan Roh Kudus). Silahkan lihat kembali kutipan-kutipan tersebut! Apa jawabmu tentang yang 3 subyek itu? Lalu tentang kutipan yang hanya 2 subyek saja, he…he… kata-kata anda itu kata-kata yang ngawur. Sepertinya anda perlu latihan membaca dengan baik. Harusnya anda memahami dalam konteks apa bapa-bapa gereja itu berbicara. Kalau yang diperdebatkan adalah keilahian Kristus, maka tentu Roh Kudus tak dibicarakan di sana. Sama seperti dalam Sidang Gereja Nicea yang dibicarakan hanya keilahian Yesus, bukan Roh Kudus. Tetapi itu tak berarti mereka tak percaya bahwa Roh Kudus adalah Allah.
Mengikuti cara berpikir anda maka saya juga bisa mengatakan hal yang sama. Dalam buku tipis kalian berjudul ‘Saksi-Saksi Yehuwa, Siapakah Mereka? Apakah yang Mereka Percayai?’, hal 13, dituliskan ‘Inti Kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa’ sebanyak 42 point / hal, tetapi anehnya di sini sedikitpun tak disinggung apa pun berkenaan dengan ‘Roh Kudus’. Bolehkah karena itu saya berkata bahwa Saksi-Saksi Yehuwa tidak mempunyai ajaran apa pun tentang Roh Kudus?
He..he.. kalian memang mempunyai kebiasaan membuat aturan/rumus yang diterapkan kepada pihak lain tetapi tidak menerapkannya kepada diri sendiri atau melanggar aturan/rumus buatan sendiri itu. Karena itu wajar kalau yang disebutkan di sana hanya 2 subyek karena konteks yang dibicarakan bapa-bapa gereja itu adalah tentang Yesus. Yang jelas kalau bapa-bapa gereja itu mempercayai Yesus sebagai Allah, maka mereka pasti bukan Unitarian! Betuuullll tidak????
Masalah Kutipan
Mengenai masalah kutipan, JS menulis : “Akan tetapi, sebelumnya terus terang saya ragu terhadap kutipan yang dipakai? EAS mencantumkan dengan metode (cara) yang tidak lazim, sebagaimana sudah dikutip di atas seperti ini: Justin Martyr, First Apology, ch 63; Dialogue with Trypho, ch 56, dan 63; Justin Martyr in Chap. LXVI; Dialogue of Justin with Trypho, …. Memang benar Justin Martyr menulis beberapa buku seperti Dialogue With Trypo dan First Apology dalam bahasa Yunani. Tetapi apakah EAS memiliki buku-buku ini. Saya yakin tidak. Jadi secara metode, EAS harus mencantumkan sumber bahan yang menulis buku-buku Justin Martyr. Jika sumber itu berupa buku, apa nama judul bukunya. Kalau dalam bahasa asing, kutip pula bahasa aslinya.
Metode semrawut ini, apa memang disengaja untuk menutupi sesuatu sehingga pembaca bingung? Dengan demikian, pernyataan EAS pada tulisan terakhirnya (Timex, Jumat, 12/12/2008:4), “Saya sudah membuktikan bahwa hampir sebagian besar kutipan yang dilakukan oleh Frans Donald adalah hasil penipuan dan manipulasi…siapa bisa jamin bahwa dalam buku-buku…Frans mengutip dengan jujur kalau sebagian besar dengan cara tidak jujur?”, pantas dikembalikan pada EAS?” Sebelum saya menanggapi masalah kutipan ini, satu hal yang perlu saya katakan adalah bahwa kelihatannya logika JS ini sedikit payah.
Saya mengatakan kalimat di atas setelah membuktikan bahwa Frans Donald melakukan pengutipan sebagian yang sifatnya menipu. Tetapi JS belum membuktikan bahwa saya melakukan hal seperti itu. Ini adalah 2 hal yang berbeda, jadi jangan menyamakan keduanya. Penyamaan keduanya hanya memperlihatkan lemahnya logika anda.
Anda yakin bahwa saya tidak punya buku-buku itu? He..he..emangnya anda dukun? Biar saya beritahu pada anda bahwa saya memiliki semua buku itu walaupun tidak di dalam bahasa Yunaninya melainkan yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk e-book atau electronic book. Jadi saya tidak mengutip dari buku lain yang mengutip kata-kata bapa-bapa gereja itu melainkan mengutipnya dari buku bapa-bapa gereja itu sendiri yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Salahkah itu? Anehkah itu? Saya mempunyai sebuah CD yang namanya “New Advent CD-ROM” (Second Edition). Di sana diberikan keterangan sebagai berikut : Translated by Marcus Dods and George Reith. From Ante-Nicene Fathers, Vol. 1. Edited by Alexander Roberts, James Donaldson, and A. Cleveland Coxe. (Buffalo, NY: Christian Literature Publishing Co., 1885.) Revised and edited for New Advent by Kevin Knight. Saya juga mempunyai sebuah program Alkitab yang namanya PC.
Study Bible 5 yang di dalamnya memuat tulisan bapa-bapa gereja itu dalam bahasa Inggris. Saya juga mempunyai buku dengan judul “The Early Christian Fathers” yang ditulis oleh Henry Bettenson (Oxford University Press, 1969) yang berisi ajaran dari bapa-bapa gereja. Silahkan anda periksa di sana dan buktikan bahwa saya telah memanipulasi ajaran/iman bapa-bapa gereja seperti tuduhan anda. Anda menuntut saya memberikan kutipan dalam bahasa aslinya (Yunani)? Saya anggap anda terlalu mengada-ada.
Tetapi kalau kutipan dalam bahasa Inggris itu masih bisa diterima, dan bisa dilakukan, lalu disertai terjemahan. Tetapi masalahnya, tulisan jadi terlalu panjang, padahal menulis dalam koran Timex ini bukannya tak terbatas. Jadi, begini saja, yang mana yang anda tidak percayai, silahkan ditanyakan, dan saya akan buktikan. JS menulis : “Apakah ini juga bukan maling teriak maling? Tentu pembaca yang lebih tahu. Saya hanya ingin lagi menyatakan: Indah kabar dari rupa.
Soal kutip mengutip itu adalah masalah teknis yang bisa diperbaiki kemudian. Janganlah mengabaikan peribahasa yang sudah terbukti: Tiada gading yang tak retak. Silakan EAS memperbaiki sumber kutipan pada tanggapan berikut, pasti FD akan melakukan hal yang sama, maka selesailah masalah teknis ini. Itu namanya, etika dalam berargumen. He…he… anda belum membuktikan kesalahan saya tetapi sudah bilang “maling teriak maling”? Anda payah sekali dalam berargumentasi. Tepat sekali ungkapan yang saya buat sendiri “Jauh Julius Dari Pintar”.
Memang tidak ada gading yang tak retak tapi masalahnya dengan Frans Donald adalah ia telah dengan sengaja memanipulasi data-data untuk mendukung pandangannya. Apa itu tak layak disebut sebagai licik? Jadi peribahasa “tak ada gading yang tak retak” itu cocok untuk saya kalau memang saya salah karena tidak memberikan/melakukan kutipan seperti yang anda mau. Tapi jelas itu tidak cocok diterapkan pada Frans yang jelas secara sengaja memanipulasi data. Anda berkata : “Terasa kanak-kanak ungkapan EAS ini, “Salahkah jika Sdr. Anton Bele berkata ‘Anathema Sit!?’ Silahkan pembaca menilai sendiri!!! Saya hanya menghadirkan Frans Donald yang sudah ‘telanjang’ di hadapan para pembaca sekalian dan silahkan masing-masing orang memberikan penilaian kepada si Unitarian ini!!”.
Weleh-weleh ini namanya: Lain gatal lain digaruk (lain sakit lain obatnya). JS, ingatlah bahwa dalam tulisan saya kali lalu, saya membahas 2 hal yakni kepercayaan bapa-bapa gereja pra Nicea dan kutipan-kutipan palsu Frans Donald. Lalu bagaimana anda mempersoalkan masalah kutipan saya dari bagian pertama tulisan saya demi membela Frans yang memanipulasi kutipan dalam tulisan saya yang kedua? Tak nyambung bung!!! Weleh-weleh ini namanya lain gatal lain digaruk (lain sakit lain obatnya). He..he… Memang sudah terbukti Frans Donald ditelanjangi kok masih dibela. Lumrah, nabi palsu membela nabi palsu.
Perbandingan-Perbandingan
JS dalam melengkapi argumentasinya juga mengungkapkan beberapa data sebagai perbandingan dengan mengutip Dr. H.R. Boer (A Short History of the Early Church, 1976:110) yang mengomentari hakikat utama pengajaran Para Apoligis seperti Justin Martyr yang mengajarkan bahwa Anak (Yesus) sebenarnya adalah ciptaan dari Bapa di mana Ia lebih rendah dan bergantung kepada Bapa. Juga kutipan dari Didache dan beberapa sumber lain seperti termasuk tentang Polycarp. Sdr. JS, kalau anda meneliti tulisan saya kali lalu, saya mengatakan bahwa bapa-bapa gereja pra Nicea sudah mempercayai doktrin Tritunggal tetapi saya tidak mengatakan bahwa doktrin Tritunggal yang mereka pahami itu sudah sempurna. Bahkan saya mengatakan bahwa di akhir semua kutipan itu : “Demikianlah iman bapa-bapa gereja pada masa pra konsili Nicea.
Jelas terlihat bahwa mereka percaya akan doktrin Tritunggal dan keallahan Yesus. Walaupun ada beberapa di antara mereka yang mempunyai konsep Tritunggal yang tidak sempurna namun jelas bahwa iman kepada Allah Tritunggal itu sudah hidup dalam hati dan pikiran mereka jauh sebelum diselenggarakannya konsili Nicea.
Jadi saya mengakui bahwa pandangan bapa-bapa gereja itu belum sempurna. Louis Berkhof menggambarkan ajaran dari bapa-bapa gereja ini sebagai berikut : “…Di sana tidak ada kesegaran dan keorisinilan, kedalaman dan kejelasan yang sama. Dan ini tidak mengherankan, karena itu berarti perpindahan dari kebenaran yang diberikan oleh pengilhaman yang tak bisa salah kepada kebenaran yang direproduksi oleh pelopor-pelopor yang bisa salah” (The History of Christian Doctrines, hal 38). Berkhof melanjutkan : “Ajaran mereka bercirikan kemiskinan tertentu. Mereka pada umumnya sesuai sepenuhnya dengan ajaran Kitab Suci, sering dituliskan dalam kata-kata Kitab Suci sendiri, tetapi menambahkan sangat sedikit sebagai penjelasan dan sama sekali tidak sistematis” (Ibid, 38-39). Itulah gambaran tentang ajaran bapa-bapa gereja.
Tetapi apakah itu berarti bahwa mereka tidak mempercayai doktrin Tritunggal? Simak pendapat Pdt. Budi Asali tentang hal ini : “Adanya ajaran / kepercayaan sesat dalam kalangan bapa-bapa gereja pra-Nicea tidak berarti bahwa mereka tidak mempunyai ajaran / kepercayaan yang benar / baik. Sebetulnya ajaran yang benar tentang Kristologi dan tentang Allah Tritunggal, sudah ada dalam bapa-bapa gereja ini, tetapi mungkin tidak ada yang mempunyainya secara keseluruhan.
Jadi seandainya ajaran-ajaran tersebut dikelompokkan dalam 10 kelompok, maka mungkin bapa gereja A mempercayai pandangan kelompok 1,5,9,10; bapa gereja B mempercayai pandangan kelompok 2,4,7,8; bapa gereja C mempercayai pandangan kelompok 3,5,6,10, dst. Jadi seluruh pandangan yang benar tentang Kristologi dan Allah Tritunggal, sudah ada, tetapi terpencar-pencar dalam diri dari banyak bapa-bapa gereja.
Baru pada saat Sidang Gereja Nicea, yang melahirkan Pengakuan Iman Nicea dan selanjutnya, maka ajaran / kepercayaan tentang Kristologi dan Allah Tritunggal yang benar betul-betul menjadi solid dalam seluruh gereja yang benar”. (Bagaimana Menaklukan dan Membongkar Fitnah/Dusta/Kepalsuan Saksi-Saksi Yehuwa; Jilid IV : 65).
Jadi apakah aneh kalau untuk mempelajari Allah yang tidak terbatas gereja membutuhkan berabad-abad untuk mendapatkan kesimpulan yang betul-betul lengkap? Karena itu sekalipun Aristides maupun Polycarp tidak menyinggung kesatuan di antara ketiga pribadi (Bapa, Anak dan Roh Kudus), sekalipun doktrin Justin Martyr cacat, tidak bisa disimpulkan bahwa mereka atau lebih daripada itu bapa-bapa gereja/apologist pra Nicea tidak percaya akan doktrin Tritunggal.
Polycarp sendiri dalam doa terakhirnya pada waktu api membakar dirinya mengatakan : “Tuhan Allah yang maha kuasa, Bapa dari AnakMu yang kekasih dan terpuji / diberkati, Yesus Kristus, ...Aku memuji Engkau karena menganggap aku layak untuk hari dan saat ini sehingga aku bisa ada di antara martir-martir-Mu dan meminum cawan dari Tuhanku Yesus Kristus, kepada kebangkitan hidup kekal dari jiwa dan tubuh dalam ketidakbusukan dari Roh Kudus. ... Untuk mana aku memuji Engkau untuk semua belas kasihan-Mu; Aku memuji Engkau, aku memuliakan Engkau, melalui Imam Besar yang kekal, Yesus Kristus, AnakMu yang kekasih, dengan siapa bagi diriMu sendiri dan Roh Kudus, kemuliaan sekarang dan selama-lamanya. Amin” (Philip Schaff; History of the Christian Church, vol II, hal 670). Perhatikan kata-kata ini kelihatannya menunjukkan kepercayaan kepada Allah Tritunggal, dan kekekalan Yesus.
Bersambung…
* Penulis adalah Gembala Jemaat “REVIVAL MINISTRY” (Jl. Pipit Kel. LLBK; Belakang Terminal Kota Kupang)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar