Rabu, 10 Desember 2008

DARI PERDEBATAN UNITARIAN VS TRINITARIAN DI SURABAYA

Tanggapan Terhadap Tulisan Frans Donald

Esra Alfred Soru



Pada hari Senin dan Selasa (11-12 Agustus 2008) yang lalu harian Timex memuat tulisan dari Frans Donald dengan judul “Benarkah Yesus itu Tuhan?” Bagi pembaca setia Timex dari tahun-tahun kemarin pastilah pernah mendengar nama Frans Donald (selanjutnya saya sebut FD). Ia adalah seorang tokoh Unitarian (Kristen tetapi tidak percaya kepada doktrin Allah Tritunggal) yang bukunya (Allah Dalam Alkitab dan Alquran : Sesembahan yang Sama atau Berbeda) pernah saya tanggapi dan dimuat dalam opini Timex. Buku tersebut isinya tidak jauh beda dengan tulisan yang dikeluarkannya di Timex 11-12 Agustus kemarin yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah.

Akibat dari tanggapan saya atas bukunya, FD pun memberikan tanggapan balik yang sangat singkat dan tidak menjawab semua serangan saya atas bukunya. Dalam tulisan tanggapannya itu ia memang mengatakan bahwa tidak memberikan tanggapan lengkap karena ia berharap agar dapat segera “temu darat” (bertemu) dengan saya dalam sebuah perdebatan. Singkat cerita, akhirnya perdebatan pun diselenggarakan pada tanggal 8 Maret 2007 antara tim Unitarian (FD, Aryanto Nugroho, Beni, SI dan Oktino, SI) melawan tim Trinitarian (yang percaya kepada doktrin Tritunggal) yakni saya bersama dengan Pdt. Budi Asali, M. Div dari Surabaya. Perdebatan dengan tema “DOKTRIN TRINITAS : BENAR atau SALAH” tersebut yang dimoderatori oleh seorang Muslim Drs. H. Sahid HM, Mag juga dihadiri oleh umat Kristen Trinitarian (yang percaya kepada doktrin Tritunggal) maupun umat para pengikut Unitarian (yang tidak percaya Yesus adalah Allah) juga umat Islam. Perdebatan tersebut berlangsung dari jam 10 pagi hingga jam 3 sore.

Lalu bagaimana dengan hasil perdebatan tersebut? Memang ada banyak pihak mengatakan bahwa tim Trinitarian (saya dan Pdt. Budi Asali) memenangkan perdebatan tersebut tapi bagi kami perdebatan tersebut belum tuntas karena menyisakan banyak persoalan. Demikian juga yang dirasakan oleh pihak Unitarian. Akhirnya disepakati agar perdebatan tersebut dilanjutkan setiap akhir bulan. Dan karenanya sejak akhir Maret terus diadakan perdebatan antara tim Unitarian VS tim Trinitarian.

Perdebatan tersebut berlanjut hingga berakhir dengan menyerahnya FD, dkk pada pertemuan ke IX (24 Oktober 2007). Bagi pembaca sekalian yang ingin menyaksikan jalannya perdebatan tersebut dapat memesan VCD Perdebatan Trinitarian VS Unitarian (pertemuan 1-9) ke 081339488408. Juga silahkan lihat foto-foto perdebatan tersebut di website : www.pelangikasihministry.blogspot.com.

Satu hal yang menarik dalam perdebatan perdana (8 Maret 2007) adalah bahwa FD tampil sebagai orang bisu. Ia tak berbicara satu kata pun. Hanya senyum-senyum dan terus menulis. Hingga akhirnya ada interupsi yang datang dari seorang hadirin. “Kita hadir dalam perdebatan ini gara-gara Frans Donald tapi dari tadi kami lihat Frans Donald belum mengeluarkan satu kata pun. Tolong Pak Frans berbicara dulu!” Barulah setelah itu FD memberikan pendapatnya beberapa kalimat dan sampai akhir perdebatan sama sekali tetap membisu hingga membuat saya heran.

Mengapa waktu di Timex ia beralasan tidak mau menanggapi semua serangan saya dan ingin bertemu dalam debat terbuka tapi pada saat debat terbuka dilaksanakan ia hanya diam bagaikan patung? Ia hanya bersembunyi di balik ketiak kawan-kawannya.

Hal seperti itu bukan hanya terjadi pada debat perdana tapi juga dalam debat-debat selanjutnya. Dalam salah satu perdebatan di mana saya tidak hadir (debat ke 6), saya meminta kepada Pdt. Budi Asali agar menyampaikan dalam forum debat bahwa saya secara pribadi menantang FD dalam debat berikutnya. Maksud saya adalah bahwa dalam debat berikutnya, 1 jam pertama hanya khusus buat saya dan FD. Yang lain tidak boleh ikut ngomong.

Biarkan kami berdua saja! Tapi permintaan tersebut ditolak oleh pihak Unitarian dengan alasan bahwa FD tidak pandai bicara tetapi menulis. Aneh memang, waktu debat tertulis ia tidak menanggapi dengan alasan maunya debat langsung. Waktu debat secara langsung, alasannya hanya bisa menulis. Nampak sekali bahwa FD tidak lebih daripada seorang pengecut!!! Hal ini tambah meyakinkan saya karena beberapa hari yang lalu saya menelpon FD dan menantangnya untuk berdebat satu lawan satu di Kupang. Semula ia bersedia tapi meminta saya menanggung seluruh biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, dll dari anggota timnya sebanyak 5 orang. Saya menolaknya dan bersedia menanggung keseluruhan biaya untuk 1 orang saja yakni FD tapi FD lalu menolak dengan alasan bahwa bagaimanapun teman-temannya harus ikut. Saya menawarkan lagi, saya menanggung biaya untuk anda, jika teman-teman anda ingin ikut, silahkan tanggung biaya sendiri. Lagi-lagi FD menolak dengan alasan bahwa ia biasa berdebat bersama rekan-rekannya. Saya pun menghentikan pembicaraan tersebut dan yakin bahwa FD sama sekali tidak punya nyali dalam perdebatan langsung satu lawan satu.

Setelah perdebatan-perdebatan itu berakhir dengan menyerahnya tim Unitarian, FD lalu menerbitkan 2 buku lagi dengan judul “Ternyata Yesus Malaikat” dan “Menjawab Doktrin Tritunggal”. Anehnya, argumentasi-argumentasi yang dia gunakan hampir seluruhnya sama dengan buku sebelumnya dan juga materi-materi yang mereka ajukan dalam perdebatan terbuka padahal semua argumentasi itu sudah dijawab dan dihancurleburkan. Sekarang FD menulis lagi di Timex dengan argumentasi yang sama, yang juga sudah dihancurkan dalam debat terbuka 9 kali.

Saya akan menanggapi argumentasi yang dikemukakan FD dalam opininya namun sebelumnya saya ingin mengutip tulisan dari Sdr. Sony Prayitno yang menceritakan tentang latar belakang munculnya perdebatan antara Unitarian (FD, dkk) VS Trinitarian (saya dan Pdt. Budi Asali) agar menjadi lebih jelas bagi pembaca tentang perdebatan terbuka tahun lalu. Berikut ini adalah tulisan dari Sdr. Sony Prayitno yang dikutip dari www.geocities.com/thisisrefrmed.

Suatu ketika di tahun 2006, Pdt. Esra dari Kupang, menerima buku dengan judul “Allah Dalam Alkitab & Alquran” – Sesembahan yang sama atau berbeda?” terbitan “Sadar Publications”, yang ditulis Frans Donald, seorang penganut Kristen Tauhid (Unitarian). Buku ini diberikan oleh seorang pimpinan TIMEX, sebuah koran yang beredar di Nusa Tenggara Timur (NTT). Setelah membaca buku tersebut, Pdt Esra merasa wajib memberikan tanggapan sebagai panggilan apologetik (Pembelaan Iman) karena buku tersebut berisi serangan-serangan secara langsung pada iman Kristen, di antaranya menyangkal Trinitas dan keilahian Yesus. Bagi Frans Donald, Yesus Kristus bukan Allah tetapi Tuhan, Yesus Kristus adalah ciptaan Allah yang pertama, Yesus adalah Malaikat dan penyangkalan terhadap doktrin Tritunggal. Doktrin dari Unitarian ini memang ada kemiripan dari ajaran Saksi Yehuwa, bahkan bapak moyangnya, yaitu Arius yang telah diputuskan oleh gereja sejak abad ke-4 sebagai bidat Kristen.

Kemudian terbitlah tulisan Pdt Esra yang dimuat di TIMEX, tanggal 13-17 November 2006 yang merupakan sanggahan terhadap buku karangan Frans Donald tersebut. Selanjutnya, terjadilah beberapa kali saling bertanggapan melalui tulisan di TIMEX antara Pdt Esra dan Frans Donald. Puncaknya, dari perdebatan melalui tulisan di TIMEX, Frans Donald mengajak untuk berdebat secara terbuka (temu darat) di Surabaya. Berikut tantangan Frans Donald secara tertulis di TIMEX : ‘Mengapa saya tidak mau menanggapi seluruhnya melalui tulisan ini….Saya sangat berharap di tahun 2007 ini saya dengan tim semoga bisa secepatnya berdialog dengan Esra Alfred Soru untuk adu argumen tentang Trinitas, disaksikan masyarakat umum Islam Kristen dan wartawan-wartawan,…” Harapan saya, secepatnya saya dan Esra dapat bertemu untuk dialog / debat terbuka khusus membahas siapakah Yesus dan doktrin trinitas.
Dari tulisan Frans Donald di atas, dia mengakui sendiri bahwa dia tidak mau menanggapi seluruhnya serangan balik Pdt Esra melalui tulisan di TIMEX karena ingin segera bertemu melalui perdebatan di Surabaya. Akhirnya terjadilah debat terbuka yang pertama kali antara Trinitarian VS Unitarian, di Surabaya tanggal 8 Maret 2007. Isi perdebatan antara Pdt. Esra dan Frans Donald di TIMEX kemudian ditranskrip ke dalam buku yang disusun oleh Pdt Esra.

Karena Pdt Esra sejak lama mengenal Pdt. Budi Asali dan tahu bahwa Pdt. Budi Asali sangat gigih dalam menghadapi bidat Saksi-Saksi Yehuwa yang ajarannya sangat mirip dengan Unitarianisme, maka Pdt Budi Asali pun termasuk sebagai tim Trinitarian. Berikut susunan tim : Tim Trinitarian: Pdt Budi Asali (Pendeta Reformed), Ev. Edy Purwani (GPMII), Pdt Esra Alfred Soru (Kupang, Nusa Tenggara Timur). Tim Kristen Tauhid / Unitarian: Aryanto Nugroho (Semarang), Benny (Surabaya), Frans Donald (Semarang), Oktino (Surabaya).

Perdebatan ini berlangsung selama kira-kira 4,5 jam, di mana yang hadir saat perdebatan pertama tersebut dihadiri oleh beragam peserta baik dari jemaat Kristen yang pro Tritunggal, Kristen Tauhid / Unitarian, kalangan muslim, dan penganut Saksi Yehuwa. Pada kenyataannya, sejarah dan waktu telah membuktikan, bahwa pada beberapa kali pertemuan antara Trinitarian VS Unitarian di Surabaya, Frans Donald hanya berdiam diri bagai patung, tanpa banyak komentar terhadap berbagai serangan yang diluncurkan oleh pihak Trinitarian. Frans Donald lebih bersikap berlindung di balik ketiak kawan-kawannya yang sesama Kristen Unitarian, sementara dia hanya diam saja. Entah apakah Frans Donald ini sedang mengalami gangguan gigi dan gusi yang kronis sehingga dia memilih untuk berdiam diri. Dengan demikian tulisan di TIMEX, Frans Donald tidak seluruhnya menanggapi serangan Pdt Esra, dan saat temu muka dengan muka melalui perdebatan di Surabaya, Frans Donald pun berdiam diri. Karena tidak puas terhadap perdebatan pertama ini, maka diputuskan bahwa perdebatan akan terus dilaksanakan pada setiap jumat terakhir setiap bulan.

Karena sikap Frans Donald yang bagai patung, pada pertemuan ke-6 tanggal 27 Juli 2007, Pdt Esra (yang disampaikan oleh Pdt Budi Asali), menantang debat pribadi antara Pdt. Esra dengan Frans Donald pada pertemuan berikutnya (ke-7). Namun kembali Frans Donald bersikap pengecut, kembali berlindung di balik ketiak kawan-kawannya sesama Unitarian dengan mengatakan bahwa Frans Donald hanya penulis dan tidak berfasih lidah.

Kritik terhadap Acara Perdebatan

Tanggapan dari sesama Kristen yang percaya kepada doktrin Tritunggal muncul beragam reaksi. Ada yang pro dan kontra. Sebenarnya sah-sah saja terhadap ketidaksetujuan acara ini, namun tidak bisa dipungkiri bahwa sisi positif dari perdebatan dengan Kristen Unitarian ini justru membawa berkat bagi jemaat, di mana jemaat yang selama ini hanya pasif mendengar pengajaran doktrin Kristen tentang Allah Tritunggal dan Keilahian Kristus, melalui perdebatan ini jemaat pun dilatih berpikir bagaimana cara menghadapi serangan-serangan Unitarian yang sebenarnya inti pengajaran Unitarian ini mirip dengan Saksi Yehuwa. Serangan-serangan Unitarian terhadap Tritunggal dan Keilahian Kristus cukup bagus dan ada di antaranya serangan terhadap ayat-ayat sukar yang terdapat di Alkitab.

Namun di sisi lain ada pula reaksi negatif yang menentang acara perdebatan ini. Suara-suara yang negatif ini mengatakan bahwa acara perdebatan ini kurang kerjaan, membuang-buang waktu. Terhadap reaksi negatif ini penulis mengingatkan bahwa adalah tugas dan tanggung jawab setiap orang Kristen untuk dapat mempertanggungjawabkan pengajarannya (bandingkan dengan 2 Timotius 4:2 dan 1 Petrus 3:15), yang dalam dunia teologi Kristen biasa disebut sebagai apologetika / pembelaan iman Kristen. Adalah tugas dan tanggung jawab setiap umat Kristen untuk bisa mempertanggungjawabkan pengajarannya ketika pengajaran yang diyakininya diserang atau dipertanyakan.

Pengajaran di sini bukan pengajaran subyektif yang bersumber dari diri sendiri, namun pengajaran yang bersumber dari Alkitab sebagai firman Allah. Misi pembelaan iman ini adalah misi pertama. Misi berikutnya adalah Misi Pekabaran Injil. Sebagaimana yang sudah dijelaskan di bagian atas, bahwa doktrin yang dibangun oleh kelompok Kristen Unitarian berakar dari pengajaran Arius yang telah ditetapkan sebagai bidat Kristen, maka tim Trinitarian terpanggil untuk memberitakan Injil yang benar, Kristologi yang benar, kepada orang-orang yang terlibat dalam Unitarian ini.

Terhadap reaksi negatif yang muncul, penulis menilai karena banyak gereja yang sudah meninggalkan pengajaran sebagai fondasi gereja, doktrin sudah dianggap tidak penting dan kemudian beralih ke penyembahan kepada Allah secara emosional. Maka tak heran, ketika gereja diserang oleh misalnya oleh buku Da Vinci Code karya Dan Brown, maka banyak gereja yang tutup mata, telinga dan hati terhadap serangan Dan Brown ini. Banyak gereja yang sibuk kepada diri sendiri, yang penting jangan sampai jemaatnya pindah gereja.

Yang penting hubungan pribadi dengan Yesus, masalah apakah pengajaran benar atau tidak bukan point. Sungguh memprihatinkan... Adanya orang-orang Kristen yang melakukan pembelaan iman Kristen dan pekabaran Injil yang benar justru di-sinis-i, sedangkan terhadap serangan-serangan yang menyerang iman kekristenan yang benar justru didiamkan saja, menutup mata, telinga dan hati.

Mengingat tidak semua jemaat Kristen di Kupang dapat hadir di setiap acara perdebatan dan juga agar acara perdebatan ini bisa diikuti oleh lebih banyak lagi orang Kristen, di mana agar jemaat bisa belajar terhadap Firman Allah yang berhubungan tentang Tritunggal dan Keilahian Kristus, maka setiap acara perdebatan ini direkam. Jemaat bisa mengikuti pemaparan yang diajukan oleh pihak Trinitarian dan Unitarian berikut argumentasi-argumentasi mereka.

Harapannya adalah agar jemaat Kristen terutama kaum awam bisa belajar dari rekaman perdebatan ini. Hal ini penting karena buku-buku yang ditulis oleh Frans Donald, Ellen Kristi telah tersebar luas dijual di banyak toko buku. Adalah sesuatu yang wajar apabila rekaman ini akhirnya disebarluaskan. Mengapakah para pengkritik diam saja, ketika acara Praise and Worship, KKR Kesembuhan Ilahi, Festival Kuasa Allah (FKA) Philip Mantofa, Healing Benny Hinn yang kemudian direkam dalam bentuk kaset, CD, dan VCD tidak dipermasalahkan? Kaset, CD dan VCD seperti itu bisa dengan sangat gampang dibeli di toko-toko kaset umum maupun yang berlabel Kristen.

Demikianlah tulisan Sdr. Sony Prayitno tentang perdebatan Unitarian VS Trinitarian di Surabaya tahun 2007 lalu dan semoga penjelasan tersebut pembaca sekalian dapat mengetahui lebih banyak tentang FD dan Unitarianisme serta jalannya perdebatan di Surabaya tahun 2007 lalu. Bersambung...

Tidak ada komentar: