Jumat, 11 April 2008

MENJAWAB KEBERATAN-KEBERATAN DI SEKITAR KEBANGKITAN KRISTUS


Wawancara Special TV Angin Ribut Bersama Om Pandita Banyak Tahu



Esra Alfred Soru



Info : Tulisan ini sengaja dibuat dengan gaya wawancara yang bersifat fiktif (agar lebih menarik bagi pembaca) namun pesan yang disampaikan sangatlah serius dan membuktikan secara teologis maupun logika bahwa Kristus sungguh bangkit. Tulisan ini diturunkan harian pagi “TIMOR EXPRESS” yang beredar di NTT selama 4 hari (7-10 April 2008).



Presenter TV AR : Selamat pagi kami ucapkan buat seluruh pemirsa TV Angin Ribut di mana saja berada. Kembali kita berjumpa dalam program “Wawancara Special TV Angin Ribut Bersama Om Pandita Banyak Tahu” dan pagi ini kita akan membahas satu topik yang menarik di sekitar peristiwa Paskah yakni masalah kebangkitan Kristus. Telah hadir di studio bersama saya pagi ini Om Pandita Banyak Tahu dari negeri Antabaranta yang akan menjadi nara sumber bagi kita dalam membahas topik hari ini. Selamat pagi Om Pandita!


Presenter TV AR : Selamat pagi kami ucapkan buat seluruh pemirsa TV Angin Ribut di mana saja berada. Kembali kita berjumpa dalam program “Wawancara Special TV Angin Ribut Bersama Om Pandita Banyak Tahu” dan pagi ini kita akan membahas satu topik yang menarik di sekitar peristiwa Paskah yakni masalah kebangkitan Kristus. Telah hadir di studio bersama saya pagi ini Om Pandita Banyak Tahu dari negeri Antabaranta yang akan menjadi nara sumber bagi kita dalam membahas topik hari ini. Selamat pagi Om Pandita!


Om Pandita : Selamat pagi, juga selamat Paskah buat semua pemirsa TV Angin Ribut di mana saja berada.


Presenter TV AR : Om Pandita, baru-baru ini umat Kristen di seluruh dunia merayakan Paskah, yakni hari kebangkitan Kristus. Bagaimana komentar Om Pandita terhadap peristiwa Paskah sendiri ?


Om Pandita : Ya, peristiwa Paskah adalah salah satu peristiwa penting dalam apa yang dikenal sebagai “Event of Christ” (Peristiwa Kristus) yang dimulai dari kelahiran Kristus, kematian-Nya hingga kebangkitan-Nya. Semuanya ini adalah satu paket yang tak dapat dipisahkan. Apa artinya Kristus dilahirkan bagi kita tetapi tidak mati bagi kita ? Apa artinya Ia mati bagi kita tapi tidak bangkit bagi kita? Rasul Paulus berkata : “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.(1 Kor 15:14) sedangkan di dalam ayat 17 ia berkata : “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Jadi kita bisa melihat bahwa kebangkitan Kristus adalah sesuatu yang sangat-sangat penting bagi kekristenan. Itulah sebabnya di awal pembahasannya tentang kebangkitan Kristus Paulus berkata : “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci”. (1 Kor 15:3-4). Dalam bukunya “Yesus Adalah Allah” (hal. 20), James Philp berkata : “Kematian-Nya (Yesus) biasa, tetapi kebangkitan-Nya luar biasa” dan Jack Hayford juga berkata : “Kebangkitan Kristus merupakan peristiwa paling berharga sepanjang sejarah, dan kematian-Nya merupakan peristiwa yang paling menentukan(Tamu Agung; hal. 117). Jadi kebangkitan Kristus sangat penting bagi kekristenan dan ini pula yang menjadi salah satu keunikan Kristus sekaligus kekristenan. Tidak ada satu agama di dunia ini pun yang mempunyai konsep tentang kebangkitan selain kekristenan. Marvin dan Sheryl Pate dalam buku mereka Disalibkan oleh Media” (hal. 193-194) berkata : ‘Kekristenan berdiri kokoh atau runtuh berdasarkan kebenaran kebangkitan Yesus. Jika kebangkitan Yesus tidak terjadi, kekristenan tidak berbeda dengan agama apa pun ….tidak ada kebangkitan Yesus, tidak ada Paskah ; tidak ada Paskah, tidak ada kekristenan. Kalimat ini senada dengan yang diungkapkan D. James Kennedy : ‘Kalau kebangkitan itu hanyalah sebuah mitos atau kebohongan, kekristenan akan runtuh’. (Solving Bible Mysteries, hal. 118). Lee Strobel dalam bukunya ‘The Case for Christ’ (hal. 266) mengutip pandangan teolog Gerald O’Collins yang berkata : ‘Dalam suatu pengertian yang dalam, kekristenan tanpa kebangkitan bukan hanya kekristenan tanpa bab terakhirnya. Itu bukan kekristenan sama sekali.


Presenter TV AR : Ok, Om Pandita. Tentu semua umat Kristen percaya bahwa Kristus sudah bangkit dari antara orang mati tetapi bukankah ada cukup banyak orang non Kristen yang tidak bisa percaya bahwa Kristus memang benar-benar bangkit dari kematian?


Om Pandita : Tunggu dulu, saya ralat kata-kata anda. Anda berkata bahwa semua umat Kristen percaya bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati? Saya kira tidak. Saya sendiri pernah bertemu dengan lebih dari 3 orang yang mengaku beragama Kristen tetapi mereka tidak percaya bahwa Yesus benar-benar bangkit dari kematian. Bahkan tahukah anda bahwa ada pendeta dan pengajar teologia yang tidak percaya bahwa Yesus benar-benar bangkit dari kematian?


Presenter TV AR : Ah….yang benar Om Pandita??? Mana mungkin ada pendeta dan pengajar teologia seperti itu? Kalau ada tentu itu adalah pendeta yang tidak beres.


Om Pandita : Tepat sekali!!! Saya setuju bahwa itu adalah pendeta yang tidak beres!!! Tapi masalahnya adalah dia memang benar adalah pendeta Kristen, dan pengajar di salah satu sekolah teologia di Jakarta.


Presenter TV AR : Maaf, Om Pandita? Kalau Om Pandita tidak keberatan, apa boleh tahu nama pendeta itu? Dan dari mana Om Pandita tahu bahwa dia tidak percaya bahwa Yesus benar-benar bangkit ?


Om Pandita : Om boleh saja! Saya tidak takut dan tidak keberatan menyebut nama para penyesat. Namanya adalah Pdt. Dr. Ioanes Rakhmat. Pada Paskah tahun yang lalu, tempatnya tanggal 4 April 2007, Pdt. Ioanes Rakhmat mengangkat sebuah tulisan di harian Kompas dengan judul Kontroversi Temuan Makam Keluarga Yesus”. Dalam artikel ini dia mendukung pendapat yang mengatakan bahwa tulang-tulang Yesus dan anggota keluarga telah ditemukan di Talpiot, pinggiran Yerusalem. Dan setelah membahas isu ini panjang lebar, ia akhirnya membuat kesimpulan di akhir tulisannya : “Jika sisa-sisa jasad Yesus memang ada di bumi ini, maka kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga tidak bisa lagi dipahami sebagai kejadian-kejadian sejarah obyektif, melainkan sebagai metafora. Para penulis Perjanjian Baru sendiri pasti memahami keduanya sebagai metafora…. Dalam metafora sebuah kejadian hanya ada di dalam pengalaman subyektif, bukan dalam realitas obyektif. Yesus bangkit, ya, tetapi bangkit di dalam memori dan pengalaman hidup dihadiri dan dibimbing oleh Rohnya. Yesus telah naik ke surga, ya; dalam arti: ia telah diangkat dalam roh untuk berada di sisi Allah di kawasan rohani surgawi. Kebangkitan dan kenaikan tidak harus membuat jasad Yesus lenyap dari makamnya. ….”


Presenter TV AR : Wow….tapi apa maksud dia dengan mengatakan bahwa Yesus bangkit sebagai metafora saja?


Om Pandita : Ya, dia tidak percaya bahwa Yesus benar-benar bangkit secara fisik. Seperti yang dia katakan bahwa itu hanyalah kebangkitan dalam memori dan pengalaman hidup murid-murid atau orang percaya saja. Jadi Yesus tetap mati secara fisik. Toh menurut dia tulang-tulang Yesus kan ada di makam Talpiot. Itu sama seperti lagu untuk para guru : “Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku…” Jadi guru-guru kita mungkin sudah mati tapi nama mereka, ingatan tentang mereka, kenangan dan jasa-jasa mereka tetap hidup dalam ingatan kita.


Presenter TV AR : Ya Tuhan….kok ada pendeta seperti itu? Terus bagaimana tanggapan Om Pandita?


Om Pandita : Gampang saja! Alkitab dengan jelas mengatakan kepada kita bahwa Yesus memang bangkit secara fisik. Setelah kebangkitannya dia menampakkan diri kepada murid-murid dan kepada Thomas dia berkata : “..Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." (Yoh 20:27). Jikalau kebangkitan Yesus bukan secara fisik, lalu bagaimana dia menafsirkan ayat di atas? Bagaimana dia menafsirkan semua peristiwa penampakan diri Yesus? Selain itu setelah kebangkitan, Yesus bisa makan (Luk 24:41-43), bisa dilihat / dipegang (Mat 28:9 Luk 24:38-40 Yoh 20:27). Jikalau kebangkitan-Nya hanya dalam memori murid-murid, silahkan pendeta itu jawab fakta-fakta Alkitab di atas. Ir. Herlianto dalam website www.yabina.org mengatakan : “Yesus yang bangkit secara tubuh bisa bercakap-cakap dan dipeluk kakinya (Mat.28:9), bisa diraba bekas paku ditubuhNya (Luk.24:38-40) termasuk oleh Tomas (Yoh.20:24-29), dapat makan bersama muridNya (Luk.24:41-43), makan roti perjamuan (Luk.24:30), masih bisa mengajar (Luk.24:41-49), melakukan mujizat (Yoh.21:5-8) dan berdialog secara khusus dengan Petrus (Yoh.21:15-23), bahkan memberikan amanat agung kepada murid-muridNya (Mat.28:16-20;Mrk.16:15-18), dan kemudian disaksikan oleh para murid-Nya Ia naik ke surga (Mrk.16:19; Luk.24:51; Kis.1:6-11). Kalau Yesus makan minum bersama muridNya, itu tidak berarti bahwa tubuh kebangkitan masih membutuhkan nutrisi alami sehingga di surga pun masih memerlukan juga, namun peristiwa itu untuk meyakinkan murid-muridNya bahwa Ia memang bangkit secara daging dan bukan sekedar roh.


Presenter TV AR : Tetapi bagaimana dengan tulang-tulang yang dipercaya sebagai tulang Yesus di kuburan Talpiot?


Om Pandita : Jangan kuatir, para pakar Kristen telah membuktikan bahwa tulang itu bukanlah tulang Yesus. Silahkan baca buku Ben Witherington III “What Have They Done with Jesus” (“Apa yang Telah Mereka Lakukan Pada Yesus?”) dan juga buku “Disalibkan oleh Media” karangan C. Marvin & Sheryl Pate. 2 buku ini bisa di dapat di Gramedia. Saya tidak bisa menjelaskannya di sini karena waktu kita tidak akan cukup.


Presenter TV AR : Syukurlah! Tapi Om Pandita, bukanlah di sepanjang sejarah ada begitu banyak keberatan terhadap fakta kebangkitan Kristus? Misalnya, keberatan yang paling klasik yakni tuduhan bahwa murid-murid yang mencuri mayat Yesus sebagaimana yang dikatakan dalam Injil Matius 28:11-15.


Om Pandita: Jika kita percaya pada Alkitab maka jelas Alkitab sendiri sudah mengatakan bahwa teori seperti itu adalah karangan dari tua-tua Yahudi saja sebagaimana kata Mat 28:12-13 : “Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur”. Teori seperti ini juga muncul kembali di zaman modern oleh seorang pakar dari Jerman bernama H.M. Reimarus yang dalam bukunya “The Goal of Jesus and His Disciples” berkata : “Setelah kematian Yesus, para murid-Nya tidak bersedia meninggalkan gaya hidup yang telah mereka jalani bersama Yesus. Maka mereka mencuri jasad Yesus, menyembunyikannya dan memberitakan kepada dunia bahwa Dia akan kembali sebagai Mesias. Meskipun demikian, mereka menunggu selama 50 hari sebelum memberikan pengumuman ini supaya jasad tersebut, seandainya ditemukan, tidak akan dapat dikenali”. Meskipun demikian teori mereka ini adalah teori yang tidak masuk akal sama sekali. Pertama, kita harus ingat bahwa kuburan Yesus saat itu sementara ditutup dengan sebuah batu yang sangat besar dan dimeterai dan juga ada penjagaan yang sangat ketat (Mat 27:62-66). Pada zaman itu penjaga yang lalai dalam tugasnya menghadapi hukuman mati. Coba lihat Kis 12:19 : Herodes menyuruh mencari Petrus, tetapi ia tidak ditemukan. Lalu Herodes menyuruh memeriksa pengawal-pengawal itu dan membunuh mereka. …” (Bandingkan juga dengan Kis 16:27). Karena itu tidak mungkin para penjaga kubur Yesus itu lalai dalam menjaga kubur sehingga mayat Yesus bisa dicuri. Harganya sangat mahal yakni nyawa mereka sendiri


Presenter TV AR : Betul Om Pandita, tapi seandainya memang mereka benar-benar tertidur bagaimana? Lepas dari ancaman hukuman mati bagi mereka tapi seandainya mereka tertidur, itu kan memberikan kemungkinan bagi tercurinya mayat Yesus oleh murid-murid bukan?


Om Pandita: Ha...ha...Keberatan anda masuk akal tetapi anda harus ingat seperti yang sudah saya katakan bahwa kuburan Yesus itu ditutupi oleh sebuah batu yang sangat besar. Seandainya penjaga-penjaga itu tertidur maka mustahil tidak ada seorang pun dari mereka yang terjaga kalau batu penutup kubur sebesar itu digulingkan yang tentunya akan menimbulkan bunyi yang cukup untuk membangunkan orang yang sementara bermimpi sekalipun. Peter Kreeft dan Ronald K. Tacelli berkata : Para pengawal Roma tak mungkin tidur dalam menjalankan tugas seperti itu; apabila mereka tidur, berarti mereka mempertaruhkan nyawa mereka. Dan apabila mereka ternyata tidur, maka orang banyak, dan suara ribut yang terdengar pada saat batu besar itu dipindahkan, pasti akan dapat membangunkan mereka itu”. (Pedoman Apologetik Kristen 1, hal. 244).


Presenter TV AR : Ha…ha…ia juga ya? Tadi Om Pandita bilang “Pertama”. Jadi apa lagi argumentasi lainnya ?


Presenter TV AR : Ha…ha…ia juga ya? Tadi Om Pandita bilang “Pertama”. Jadi apa lagi argumentasi lainnya ?


Om Pandita : Ya! Kedua, coba baca Yoh 20 :5-7 : Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung”. Ayat ini mengatakan bahwa kain kapan (kain pembungkus mayat Yesus) dan kain peluh (kain di kepala Yesus) ada dalam kuburan pada saat mayat Yesus sudah tidak ada dalam kuburan. Fakta ini membuktikan bahwa sama sekali tidak mungkin bahwa mayat Yesus dicuri. Seandainya ada orang yang mencuri mayat Yesus, pastilah mereka tidak akan berlama-lama di dalam kubur. Mereka pasti tidak akan membuka kain kapan itu di dalam kuburan, tetapi akan membawa mayat Yesus beserta kain kapannya. Hanya pencuri bodohlah yang masih mau melepaskan kain kapan yang melilit tubuh Yesus saat mencuri mayat Yesus. Itu sama gilanya dengan ada pencuri yang masuk rumah anda dan hendak mencuri televisi tapi karena dia melihat bahwa televisinya penuh debu maka dia membersihkan dulu semua debunya barulah membawa televisinya. Itu adalah pencuri paling bodoh di dunia. Jadi fakta bahwa kain kapan dan kain peluh masih ada dalam kuburan Yesus membuktikan bahwa mayat Yesus tidak dicuri.


Presenter TV AR : Benar juga ya? Lalu apakah masih ada argumentasi lain untuk menentang teori mayat Yesus dicuri?


Om Pandita: Ada! Bukankah selama 40 hari Yesus berulang-ulang Yesus menampakkan diri-Nya ? 1 Kor 15 :6 berkata : Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Kalau memang mayat Yesus dicuri, dan dengan demikian Yesus tidak bangkit, lalu siapa yang menampakkan diri kepada lebih dari 500 orang itu? Selanjutnya, kalau memang ada pencuri yang mencuri mayat Yesus pada waktu penjaga-penjaga sedang tertidur, lalu dari mana para penjaga itu tahu bahwa yang mencuri adalah murid-murid Yesus? Dan kalau pun dari penyelidikan mereka akhirnya bisa tahu hal itu, mengapa mereka tidak berusaha menangkap murid-murid Yesus untuk mendapatkan mayat Yesus kembali? Ini tentu hal yang aneh bukan ?


Presenter TV AR : Luar biasa! Masuk akal sekali ! Jadi yang pasti adalah mayat Yesus tidak dicuri oleh murid-murid. Tetapi Om Pandita, apa mungkin bahwa murid-murid memang tidak mencuri mayat Yesus, jadi mayat Yesus masih di dalam kuburan tetapi murid-murid lalu berkumpul dan bersekongkol untuk menciptakan sebuah berita bohong bahwa Yesus sudah bangkit?


Om Pandita: Seandainya hal itu terjadi maka saya kira para murid itu adalah pengkhayal-pengkhayal yang paling kreatif, paling pintar dan licik dalam seluruh sejarah manusia, jauh melampaui kemampuan Shakespeare, Dante atau Tolkien. Cerita-cerita yang keluar dari mulut para nelayan itu pasti bukanlah cerita yang menarik, menggugah, mengubah dan dapat bertahan lama. Mengapa? Karena kalau itu hanya cerita bohongan maka orang Yahudi dengan sangat mudah dapat membantah berita itu dengan menunjuk pada mayat Yesus yang masih terbujur kaku di dalam kuburan dan dengan demikian cerita palsu itu langsung berhenti menyebar. Selain itu, ingat pula bahwa murid-murid memberitakan tentang kebangkitan Kristus pertama-tama justru di Yerusalem, kota yang sama di mana Kristus dibunuh. Seandainya kebangkitan Kristus hanyalah cerita palsu mereka maka tentu mereka tidak akan berani bersaksi di Yerusalem karena kesaksian mereka akan sangat mudah dihancurkan. William Lane Craig berkata : “Injil-Injil itu ditulis dalam waktu dan tempat yang sangat dekat sekali dengan peristiwa-peristiwa yang dilaporkannya sehingga mustahil untuk memalsukan cerita tentang peristiwa-peristiwa itu…Fakta bahwa para murid dapat menyampaikan berita kebangkitan di Yerusalem di hadapan para musuh mereka hanya beberapa minggu setelah peristiwa penyaliban itu menunjukkan bahwa apa yang mereka beritakan itu benar, karena mereka tak mungkin pernah dapat memberitakan kebangkitan dalam keadaan seperti pada masa itu apabila memang peristiwa itu tidak benar terjadi”. (Knowing About the Resurrection, hal. 6)


Presenter TV AR : Hmmm….menarik dan masuk akal.


Om Pandita: Argumentasinya belum selesai! Kita tahu bahwa pada akhirnya murid-murid Yesus itu mati syahid dengan cara yang sangat mengerikan demi memberitakan Yesus yang telah bangkit. Kalau memang murid-murid hanya mengarang sebuah dongeng tentang kebangkitan guru mereka, berarti mereka tahu persis bahwa Yesus tidak pernah bangkit. Jadi kebangkitan Yesus sesungguhnya hanyalah sebuah dusta, dusta karangan mereka sendiri. Sekarang pikirkan, masuk akalkah bahwa murid-murid rela mati demi suatu dusta yang mereka karang sendiri? Origenes berkata : “Orang tidak akan mempertaruhkan hidup mereka dan mati sebagai martir untuk sebuah kebohongan”. Peter Kreeft dan Ronald K. Tacelli berkesimpulan “Tak ada perkara lain yang membuktikan kesungguhan mereka seperti mati martir”. (Pedoman Apologetik Kristen 1, hal. 246). Bahwa murid-murid Yesus dengan sangat berani memberitakan nama Yesus bahkan rela mati martyr demi Yesus Kristus menunjukkan adanya perubahan besar dalam hidup mereka. Bandingkanlah dengan Petrus yang menyangkal Yesus, bandingkan dengan murid-murid lain yang menghilang pada saat Yesus disidang dan dihukum mati. Bukankah semua itu menunjukkan adanya perubahan besar dalam hidup mereka? Dan semua itu terjadi setelah pengakuan mereka bahwa Yesus telah bangkit. Jika cerita tentang kebangkitan adalah kebohongan mereka, mungkinkah perubahan hidup yang dahsyat itu terjadi sebagai akibat dari sebuah kebohongan? Ir. Herlianto berkata : “Kehidupan para rasul dan pengikut Yesus mengalami perubahan radikal berkat fakta Yesus yang bangkit. Petrus yang ‘pengecut’ menjadi ‘martir kebangkitan’ yang berani dan Saulus si pembunuh menjadi Paulus ‘rasul kebangkitan’ yang rela bagi apa kalau bukan fakta sejarah kebangkitan itu? Rasul Paulus sendiri melihat Yesus yang telah bangkit itu dan ia mengatakan bahwa ketika ia menulis surat Korintus masih banyak saksi kebangkitan yang masih hidup yang masih bisa memverifikasi fakta sejarah itu. Banyaknya martir yang rela mengorbankan nyawa mereka demi kasih pada sesama, dan demi iman dan pengharapan bahwa tubuh umat percaya akan dibangkitkan kelak sekalipun jasmani mereka dihancurkan, menunjukkan indikasi kuat bahwa kebangkitan tubuh memang telah terjadi.(www.yabina.org). Bandingkan ini dengan kata-kata dari Peter Kreeft dan Ronald K. Tacelli : “Perubahan dalam kehidupan mereka, dari rasa takut kepada iman yang berani, dari keputusasaan kepada keyakinan, dari kebimbangan kepada kepastian, dari pengecut yang melarikan diri kepada keberanian yang gigih walaupun di bawah ancaman dan penganiayaan, bukan hanya membuktikan kesungguhan mereka, melainkan juga menyaksikan kuasa yang mengubahkan yang ada di balik perubahan-perubahan dalam kehidupan mereka itu. Dapatkah suatu cerita bohong mengakibatkan perubahan demikian? Apakah kebenaran dan kebaikan bermusuhan sehingga kebaikan yang terbesar dalam sejarah – kekudusan – muncul dari cerita bohong yang terbesar? (Pedoman Apologetik Kristen 1, hal. 246). Jadi perubahan ajaib dalam diri murid-murid meneguhkan berita mereka bahwa Kristus Sungguh bangkit! Sekarang bagaimana, apakah anda sudah yakin bahwa cerita tentang kebangkitan Kristus bukan hasil rekayasa?


Presenter TV AR : Ya, saya yakin Om Pandita! Tetapi saya pernah mendengar sebuah teori yang namanya teori pingsan. Bisa dijelaskan tentang teori ini?


Om Pandita: Teori pingsan ini pertama kali dipromosikan oleh seorang pakar dari Jerman bernama Paulus. Dia berpendapat bahwa Yesus tidak mati di kayu salib tetapi hanya pingsan dan kemudian dipulihkan kesadaran-Nya di dalam kubur. Menurut si Paulus ini penyaliban adalah suatu proses kematian yang lambat dan menyakitkan yang memakan waktu berhari-hari. Ada kasus-kasus di mana orang-orang yang disalib diturunkan dari salib dalam keadaan masih hidup. Dia yakin bahwa teriakan keras Yesus di atas salib adalah bukti bahwa Yesus tidak terlalu letih dan sekarat dan mengatakan bahwa tusukan tombak pada lambung Yesus hanyalah luka ringan. Selanjutnya si Paulus ini berkata bahwa karena suhu dingin dan bau rempah-rempah yang harum dalam kubur, Yesus, yang kelihatannya saja mati, menjadi pulih kesadaran-Nya. Dalam perkembangan lebih lanjut, pada abad awal abad 19, Karl Bahrdt dan Karl Venturini seperti yang dikutip oleh William Lane Craig dalam “Reasonable Faith” (hal. 234) menjelaskan bahwa Yesus hanya pingsan karena kepayahan di atas salib, atau Ia telah diberi satu obat yang membuatNya Kelihatan mati, dan bahwa selanjutnya Ia dihidupkan kembali oleh udara kubur yang sejuk dan lembab.


Presenter TV AR : Maaf Om Pandita, tetapi apakah masih ada orang yang percaya pada teori pingsan ini di zaman modern ini?


Om Pandita: Oh, ya! Pada tahun 1965 muncul sebuah buku dengan judul “Hugh Schonfield The Passover Plot” yang mengangkat kembali teori pingsan ini. Demikian juga pada tahun 1972 muncul lagi buku “The Jesus Scroll” yang lebih heboh lagi daripada “Hugh Schonfield The Passover Plot”. Selanjutnya pada tahun 1982 Michael Baigent, Richard Leigh dan Henry Lincoln menerbitkan buku “Holy Blood, Holy Grail” yang di halaman 372 dari buku tersebut dikatakan bahwa Pontius Pilatus disuap untuk mengijinkan Yesus diturunkan dari salib sebelum Ia mati. Setelah itu muncul lagi sebuah buku dengan judul ‘Jesus The Man’ yang menyebutkan bahwa Yesus tidak mati di salib tetapi hanya pingsan dan disembuhkan oleh Simon Magus dan lari melalui lorong-lorong gua Qumran. Lalu pada tahun 1992 seorang Australia yang bernama Barbara Thiering dalam bukunya “Jesus and the Riddle of the Dead Sea Scrolls’ mengulang lagi teori pingsan ini dengan modifikasi di sana-sini. Teori pingsan ini sampai sekarang masih dipegang dan dipercaya oleh aliran Ahmadiyah Muslim.


Presenter TV AR : Lalu menurut para penganut teori pingsan ini, setelah Yesus sadar dari pingsanNya, Ia pergi ke mana?


Om Pandita: Dalam hal ini tidak ada kejelasan dan keseragaman. Aliran Ahmadiyah Muslim mengatakan bahwa Yesus melarikan diri ke India dan seperti yang dikatakan Ian Wilson dalam bukunya “Jesus : The Evidence” (hal. 140), sampai saat ini terdapat sebuah tempat keramat yang dipercaya sebagai makam Yesus yang sesungguhnya, di Srinagar, Kashmir India. Sedangkan seorang lain bernama D.H. Lawrence mengatakan dalam bukunya “Love among the Haystacks and Other Stories” (hal. 125) bahwa Yesus melarikan diri ke Mesir dan di sana Ia jatuh cinta kepada seorang pendeta wanita Isis. Tentang semua spekulasi ini Herlianto berkata : “Teori-teori yang menyebutkan bahwa sebenarnya Yesus tidak mati tapi sekedar pingsan dan setelah sadar dan kuat berkelana dan mati diumur tua di Marseiles, atau Mesir, Masada, atau Kashmir merupakan mitologi yang lebih fiktif dibandingkan apa yang mau mereka buktikan”. (www.yabina.org).


Presenter TV AR : Ha…ha… ternyata teori pingsan ini juga laku keras ya? Lalu bagaimana tanggapan Om Pandita?


Om Pandita: Nampak jelas bahwa si Paulus (pencetus teori ini) dan semua orang yang memegang teori pingsan sama sekali tidak memahami dengan baik tradisi penyaliban dan pencambukan sebelumnya yang dialami oleh Yesus. Jikalau mereka tahu bagaimana hukuman cambuk dan salib, saya percaya mereka tidak akan mengatakan bahwa Yesus hanya pingsan saja. Seorang penafsir bernama William Hendriksen menulis : Cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka/terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian. Seorang yang lain bernama William Barclay juga memberi keterangan : “Pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat ke belakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu menjadikan tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi gila?) karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan. Seorang sejarahwan abad ke-3 bernama Eusebius menceritakan tentang pencambukan dengan berkata : “Pembuluh-pembuluh si penderita terbuka telanjang, dan otot-otot, urat-urat, dan isi perut si korban dapat terlihat”. Jadi hukuman cambuk adalah hukuman yang sangat mengerikan. Hebatnya akibat cambukan pada Yesus didukung oleh apa yang dialami Yesus di taman Getzemani ketika Yesus mengeluarkan keringat darah sebagaimana keterangan Luk 22:44 : “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah”. Gejala ini di dalam dunia medis dikenal dengan istilah hematidrosis yakni tekanan psikologi tingkat tinggi di mana kegelisahan yang hebat menyebabkan terlepasnya zat-zat kimia yang memecahkan kapiler-kapiler dalam kelenjar keringat. Akibatnya terjadi sedikit pendarahan dalam kelenjar-kelenjar ini dan keringat yang keluar disertai dengan darah. Hal ini membuat kulit menjadi sangat rapuh dan sangat sensitif sehingga memperparah kondisi Yesus saat dicambuk keesokan harinya. Selanjutnya tentang penyaliban, Klausner berkata : Kriminil itu dilekatkan/dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Di sana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah. Nah, dengan penderitaan seperti ini sama sekali tidak ada kemungkinan bahwa Yesus hanya pingsan saja atau masih bertahan hidup. Ingat juga bahwa prosedur pemeriksaan yang digunakan oleh prajurit Romawi sangat teliti sehingga mustahil mereka tidak tahu bahwa Yesus hanya pingsan saja. Alexander Metherell ketika diwawancarai Lee Strobel mengenai hal ini berkata tentang para prajurit Romawi : “Mereka adalah para pakar dalam membunuh orang – itu adalah tugas mereka, dan mereka melakukannya dengan sangat baik. Mereka tahu tanpa keraguan sedikit pun kapan seseorang sudah mati, dan itu benar-benar tidak terlalu sulit untuk mengetahuinya”. (The Case for Christ, hal. 260). Di samping itu undang-undang Romawi mengancam hukuman mati, termasuk hukuman penyaliban terhadap prajurit mereka yang membiarkan narapidana utama melarikan diri. Jadi sulit bagi hal itu untuk terjadi. Fakta lain yang mendukung kematian Yesus adalah bahwa prajurit Romawi ternyata tidak mematahkan kaki Yesus seperti yang dilakukan pada 2 orang penjahat (Yoh 19:31-33). Pematahan kaki ini bertujuan untuk mempercepat kematian karena kakilah yang menyangga tubuh dalam proses penarikan nafas. Dengan patahnya tulang kaki maka si tersalib tidak lagi bisa bertumpu untuk menarik nafas sehingga dalam hitungan menit dia pun mati. Tetapi mengapa itu tidak dilakukan pada Yesus? Karena para prajurit Romawi sudah memastikan bahwa Yesus sudah mati. Jadi hanya orang yang tidak mengerti yang bisa mengatakan bahwa Yesus hanya pingsan.


Presenter TV AR : Tapi bagaimana seandainya Yesus memang hanya pingsan?


Om Pandita : Lho, bagaimana sih anda ini? Sudah saya tegaskan, tidak ada kemungkinan bahwa Yesus hanya pingsan saja. Tapi baiklah, saya ikuti pemikiran anda. Seandainya Yesus memang hanya pingsan dan dia sadar dari pingsannya dalam kuburan, lalu bagaimana orang yang baru saja sadar dari pingsan setelah mengalami luka-luka berat, karena pencambukan, penyaliban dan penusukan tombak tersebut bisa menggulingkan batu kubur yang besar itu? Dan kalau pun Ia bisa menggulingkan batu itu, bagaimana ia bisa menaklukkan para penjaga kuburan tersebut ? D. James Kennedy dalam bukunya “Solving Bible Mysteries” (hal. 125) : “Bayangkan : Yesus setelah disiksa, dipukuli, disalibkan dan ditusuk dengan sebelah tombak, tidak benar-benar mati, tetapi hanya pingsan di atas kayu salib. Kemudian, Ia tersadar di dalam lubang kubur, dan berhasil membebaskan diri dari ikatan kain kafan yang bermeter-meter panjangnya dan tumpukan rempah-rempah yang membungkus tubuh-Nya dengan erat. Lalu, meskipun tubuh-Nya sangat lemah, Ia mampu menggulingkan batu penutup kubur. Ia juga mampu melewati tanpa setahu para prajurit penjaga, yang juga tidak menyadari bahwa batu penutup kubur sudah digulingkan, dan melarikan diri. Bagiku jauh lebih mudah mempercayai mujizat itu (kebangkitan Yesus) daripada urutan kejadian-kejadian yang direkayasa tersebut’. Memang si Paulus dari Jerman, pencetus teori pingsan ini mengatakan bahwa telah terjadi sebuah gempa bumi yang akhirnya membuat Yesus sadar dari pingsanNya, dan gempa bumi ini jugalah yang menyebabkan batu penutup kubur terguling dan menjauh dari pintu lubang kubur. Ia lalu menambahkan bahwa Yesus selanjutnya menanggalkan kain kapan yang melilit tubuh-Nya dan berhasil mendapatkan pakaian seorang tukang kebun. Inilah alasannya mengapa Maria mengira bahwa Yesus adalah seorang tukang kebun (Yoh 20:15). Namun demikian, teori si Paulus ini banyak kelemahannya yang saya percaya tidak ia perhitungkan sebelumnya. Alexander Metherell berargumentasi : “Tetapi jika Ia memang bertahan hidup, bagaimana Ia dapat berjalan setelah paku-paku ditancapkan menembus kedua kaki-Nya? Bagaimana Ia dapat muncul di jalan ke Emaus hanya dalam waktu singkat sesudahnya, berjalan-jalan dalam jarak yang jauh? Bagaimana Ia dapat menggunakan lengan-lengan-Nya setelah keduanya direntangkan dan tertarik dari sendi-sendinya? Ingat, Ia juga memiliki luka-luka parah di punggung-Nya dan luka akibat tusukan tombak di dada-Nya”. (The Case for Christ, hal. 261). Jadi sekali lagi, teori pingsan adalah teori yang sama sekali tidak masuk akal, teori khayalan tanpa dasar sama sekali.


Presenter TV AR : Luar biasa!!! Dengan penjelasan anda, anda bukan hanya membuat teori pingsan ini pingsan saja benar-benar ‘mati kutu’. Tetapi pembicaraan kita belum selesai. Saya pernah mendengar teori lain yang mengatakan bahwa Yesus sebenarnya tidak bangkit, tetapi keluar dari persembunyian-Nya, sedangkan yang mati disalib adalah orang lain.


Om Pandita : Ha…ha… itu juga adalah salah satu teori konyol yang pernah muncul dalam sejarah. Sebagian Muslim percaya akan teori ini bahwa sesaat sebelum ditangkap, Allah mengubah wajah Yudas menjadi serupa dengan wajah Yesus sehingga akhirnya yang ditangkap dan disalibkan itu adalah Yudas alias Yesus palsu.


Presenter TV AR : Mengapa anda berkata itu adalah teori konyol? Bukankah kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi?


Om Pandita : Saya akan tunjukkan satu hal saja yang membuat teori ini sama sekali tidak masuk di akal. Sekarang pikirkan baik-baik, seandainya yang disalibkan dan dikuburkan itu bukanlah Yesus yang asli (Yesus palsu) dan yang keluar menampakkan diri itu adalah Yesus yang asli, maka bukankah mayat Yesus palsu seharusnya tetap ada di dalam kubur. Tetapi kenyataannya adalah kubur itu kosong. Iya kan?


Presenter TV AR : Ha…ha…benar juga! Tapi tunggu dulu. Sepertinya menarik untuk memikirkan tentang masalah kubur yang kosong. Orang Kristen selalu membela cerita tentang kebangkitan Kristus dengan merujuk pada kubur yang kosong. Bahkan Pdt. Dr. Stephen Tong mengarang sebuah lagu yang salah satu penggalannya berbunyi “Kubur kosong membuktikan Dia hidup”. Apakah benar bahwa kubur kosong adalah bukti kebangkitan Yesus? Bukankah seandainya mayat Yesus dicuri, seandainya Yesus hanya pingsan dan melarikan diri maka kubur pun dalam keadaan kosong? Jadi saya kira kubur yang kosong tidak bisa menjadi bukti pasti bahwa Yesus bangkit!


Om Pandita : Secara logika memang benar bahwa kubur yang kosong tidak langsung membuktikan bahwa Yesus bangkit seperti yang anda katakan seandainya mayat Yesus dicuri atau seandainya Yesus hanya pingsan dan melarikan diri maka kubur pun dalam keadaan kosong. Itulah sebabnya teolog modern Panenberg : “Bukan kubur kosong yang menunjuk pada kebangkitan Kristus namun kebangkitan Kristus yang menunjuk pada kubur kosong”. Namun masalahnya adalah sudah dibuktikan bahwa teori mayat Yesus dicuri dan teori pingsan adalah teori-teori khayalan tanpa dasar dan tak ada kemungkinan sama sekali ke arah sana. Sehingga mau tidak mau, satu-satunya jawaban dari fakta kosongnya kubur Yesus adalah bahwa Ia memang bangkit!


Presenter TV AR : Ok, seandainya memang ada kubur yang kosong, darimana anda tahu bahwa memang yang kosong itu adalah kuburan Yesus? Siapa tahu perempuan-perempuan yang diceritakan Alkitab dan juga murid-murid Yesus mencari Dia di kuburan yang lain yang kebetulan kosong lalu karena kuburan-Nya kosong lantas mereka mengira Ia sudah bangkit!


Om Pandita : Hmmm….Apa yang anda katakan ini membuat saya ingat terhadap seorang profesor yang bernama Harvard Kirsopp Lake. Orang ini menulis sebuah buku dengan judul “The Historical Evidence for the Resurrection of Jesus Christ” di mana ia berkata bahwa karena ada banyak kubur yang berada di sekitar tempat Yesus dimakamkan, para wanita yang bermaksud mengunjungi kubur Yesus pada hari minggu pagi bingung untuk menentukan kubur mana yang menjadi kubur Yesus. Pada sebuah kubur yang kosong, seorang pria muda yang berdiri di depan pintu masuknya mencoba untuk memberitahu bahwa mereka tiba di lokasi yang salah dengan mengatakan “Dia tidak ada di sini”. Sambil menunjuk ke kubur lain, dia berkata “Lihatlah tempat mereka menyemayamkan Dia”. Para wanita yang ketakutan karena seseorang telah mengetahui tugas mereka, melarikan diri. Mereka bingung dengan apa yang dimaksud pemuda tadi. Mereka yakin bahwa pemuda tadi bukan manusia biasa, dan dia juga memberitakan kebangkitan Yesus. Profesor Lake akhirnya berkesimpulan : “Kubur kosong….adalah ajaran yang tidak dapat dipertahankan dan secara historis tidak memadai untuk bisa dipercaya”.


Presenter TV AR : Benar kan? Berarti apa yang saya katakan tadi juga ada kemungkinannya. Sekarang saya ingin lihat bagaimana anda melawan pandangan semacam ini.


Om Pandita : Ha..ha…kelihatannya anda begitu senang dan merasa bahwa teori ini bisa meruntuhkan cerita tentang kebangkitan Yesus. Anda dan juga si profesor ini lupa bahwa kuburan yang dipakai oleh Yesus adalah kuburan milik Yusuf Arimatea.


Presenter TV AR : Lho, apa hubungannya?


Om Pandita : Sebentar dulu, jangan menyela! Nanti juga anda akan tahu! Mungkin saja perempuan-perempuan dan murid-murid Yesus keliru menemukan kuburan Yesus tapi bagaimana dengan Yusuf Arimatea sendiri? Dia tidak mungkin salah mengenali kuburannya bukan? Mungkin saja perempuan-perempuan itu dan murid-murid Yesus pergi ke kuburan yang bukan kuburan Yesus lalu karena menjumpai kuburan yang kosong lalu mereka berkesimpulan bahwa Yesus sudah bangkit. Tetapi kalau itu yang terjadi maka bukankah Yusuf Arimatea dengan sangat mudah pergi ke kuburannya sendiri, tempat Yesus dimakamkan dan membuktikan bahwa mayat Yesus masih ada di sana dan dengan demikian membantah kesimpulan murid-murid Yesus?


Presenter TV AR : Iya juga, tapi siapa tahu murid-murid telah bekerja sama dengan Yusuf Arimatea untuk menyembunyikan fakta yang sesungguhnya? Jadi sebenarnya mayat Yesus masih ada di kuburannya Yusuf Arimatea?


Om Pandita : Masalahnya adalah tentu sangat mudah bagi musuh-musuh Yesus untuk menemukan kuburan Yusuf Arimatea dan membuktikan mayat Yesus masih ada di sana saat berita tentang kebangkitan Yesus oleh murid-murid mulai tersiar. Tetapi mereka sama sekali tidak melakukan itu bukan? Justru yang mereka lakukan adalah menyebarkan isu bahwa mayat Yesus sudah dicuri murid-muridNya. William Lane Craig berkata : ”Lokasi kubur Yesus diketahui oleh para pemimpin Yahudi. Bahkan jika wanita-wanita tersebut melakukan kesalahan ini (pergi ke kubur yang salah), para pemimpin itu akan dengan senang hati menunjukkan kubur dan memperbaiki kekeliruan murid-murid ketika mereka mulai memproklamasikan bahwa Yesus telah bangkit dari kematian”. (The Case for Christ; hal. 287). Jadi mohon maaf, teori anda dan profesor Lake itu juga adalah teori yang tak masuk di akal.


Presenter TV AR : Baiklah Om Pandita, anda telah menggugurkan banyak pandangan yang menentang kisah kebangkitan Yesus. Sekarang saya ingin mengajukan satu pandangan lagi. Pandangan ini dikenal sebagai teori halusinasi di mana dikatakan bahwa Yesus tidak bangkit, tetapi murid-muridNya hanya mengalami halusinasi saja. Bagaimana pendapat anda?


Om Pandita : Teori halusinasi mengatakan bahwa Yesus sebenarnya tidak bangkit tetapi murid-murid yang mengharapkan kebangkitan-Nya akhirnya mendapat semacam penglihatan atas diri Yesus. Hal ini sama seperti dalam pengalaman kita kadang kita bisa melihat bayangan dari orang-orang terkasih kita yang telah meninggal dunia. Tanggapan awal saya adalah bahwa murid-murid sama sekali tidak pernah mengharapkan kebangkitan Yesus. Selain itu peristiwa-peristiwa di sekitar cerita kebangkitan Yesus sama sekali berbeda bahkan bertentangan dengan penjelasan-penjelasan psikologi terhadap halusinasi.


Presenter TV AR : Maksud anda?


Om Pandita : Para pakar psikologi yang telah meneliti fenomena halusinasi ini berkesimpulan antara lain : (1) Halusinasi itu biasanya berlangsung beberapa detik atau menit saja, jarang terjadi berjam-jam. (2) Halusinasi biasanya hanya terjadi satu kali, kecuali pada orang-orang yang tidak waras. (3) Dalam halusinasi, tidak memungkinkan adanya komunikasi (percakapan) antara orang yang melihat bayangan itu dan bayangan itu sendiri kecuali ada kelainan mental. (4) Halusinasi biasanya adalah kejadian individual bukan kejadian massal, dalam artian hanya ada 1 orang yang bisa melihat halusinasi dan bukan beramai-ramai sebagaimana keterangan Gary Collins, seorang pakar dalam bidang psikologi : “Halusinasi adalah kejadian individual. Memang sudah pada dasarnya bahwa hanya satu orang yang dapat melihat suatu halusinasi pada suatu waktu. Semua halusinasi sudah tentu bukanlah sesuatu yang dapat dilihat oleh sekelompok orang. Juga tidak mungkin satu orang dapat entah bagaimana menyebarkan suatu halusinasi pada orang lain. Karena suatu halusinasi ada hanya dalam perasaan subyektif dari pribadi ini, jelas bahwa orang-orang lain tidak dapat menyaksikannya’. Sekarang marilah kita bandingkan poin-poin di atas dengan cerita kebangkitan Yesus. (1) Penampakan diri Yesus berlangsung selama 40 hari (Kis 1:3), bukan 1-2 menit, bukan 1-2 jam. (2) Penampakan diri Yesus terjadi berulang-ulang kali kepada orang-orang biasa yang waras. (Yoh 20:19-21:14; Kis 1:3). (3) Dalam cerita penampakan Yesus terjadi percakapan antara Yesus dan para murid. Para murid berbicara dengan Yesus dan Ia pun berbicara kepada para murid-Nya. (4) Penampakan Yesus itu terjadi bukan pada 1 orang tetapi kepada banyak orang bahkan Rasul Paulus bersaksi : “Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal” (1 Kor 15:6). Selain itu Alkitab juga mencatat bahwa murid-murid makan bersama-sama dengan Yesus dan menjamah Dia, hal yang tidak mungkin terjadi dalam sebuah halusinasi. Dari sini saja seharusnya sudah bisa dipastikan bahwa murid-murid tidak sementara mengalami halusinasi dan melihat bayang-bayang Yesus. Apalagi kalau mau ditambahkan dengan argumentasi-argumentasi rasional untuk menunjukkan teori halusinasi ini tidak masuk akal.


Presenter TV AR : Masih ada argumentasi-argumentasi rasional untuk menggugurkan teori halusinasi? Apa saja argumentasi-argumentasi itu?


Om Pandita : Pertama, jikalau yang dilihat oleh murid-murid adalah sebuah halusinasi atau bayang-bayang Yesus saja, dan itu berarti bahwa Yesus tidak bangkit maka tentunya mayat Yesus tetap berada dalam kuburan bukan? Masalahnya adalah kubur Yesus ternyata kosong. Seandainya Yesus tidak bangkit, apakah murid-murid begitu bodoh sehingga percaya bahwa Yesus sudah bangkit padahal mayat-Nya tetap ada dalam kuburan hanya karena mereka melihat bayang-bayang Yesus saja? Para rasul tidak mungkin mempercayai halusinasi apabila mayat Yesus masih tetap ada di kuburan. Kedua, Apabila para rasul mengalami halusinasi itu dan kemudian menyebarkan cerita halusinasi mereka, maka bukankah orang Yahudi dapat menghentikannya dengan pergi mengambil tubuh Yesus? Karena itu Peter Kreeft dan Ronald Tacelli berkata : “Halusinasi hanya menjelaskan tentang penampakan-penampakan setelah kebangkitan, hal itu tak dapat menjelaskan mengenai kubur yang kosong, batu penutup yang telah terguling, ketidakmampuan untuk menghadirkan mayat itu kembali. (Pedoman Apologetik Kristen 1, hal. 250). Senada dengan itu Gary Habermas mengomentari teori halusinasi ini dengan berkata : “…jika kita menetapkan bahwa laporan-laporan Injil dapat dipercaya, bagaimana anda menjelaskan murid-murid yang makan bersama Yesus dan menjamah Dia? Bagaimana Ia berjalan dengan dua dari mereka di jalan menuju Emaus? Dan bagaimana tentang kubur yang kosong? Jika orang-orang hanya berpikir bahwa mereka melihat Yesus, jenazah-Nya pasti masih ada dalam kubur-Nya”. (The Case for Christ, hal. 310).


Presenter TV AR : Wow…sepertinya sepertinya semua teori anti kebangkitan Yesus sudah runtuh sehingga satu-satunya yang harus kita percaya adalah bahwa Yesus Kristus memang telah bangkit dari antara orang mati.


Om Pandita : Tepat sekali! Fakta kubur kosong hanya bisa dijelaskan dengan satu kesimpulan “YESUS KRISTUS TELAH BANGKIT!” dan semua bukti yang ada hanya mengarah kepada kesimpulan ini. Makanya D. James Kennedy dengan sangat indah berkata : “…bukti-bukti kebangkitan itu demikian kuatnya, sehingga tugas yang paling sukar bukanlah membuktikan bahwa itu sungguh-sungguh terjadi, tetapi membuktikan bahwa kebangkitan itu tidak pernah terjadi!” (Solving Bible Mysteries, hal. 118).


Presenter TV AR : Baik Om Pandita, tapi apakah cerita tentang kebangkitan Yesus mendapat dukungan dari catatan-catatan sejarah non Alkitab?


Om Pandita : Ada! Baik dari sejarah gereja maupun sejarah sekuler. Dalam sejarah gereja, kita menemukan adanya kesaksian dari bapa-bapa gereja yang mempercayai kebangkitan Yesus. Misalnya Clements dalam suratnya ke jemaat Korintus (tahun 95), ia berbicara tentang kebangkitan Yesus. Ignatius (tahun 50-115) pernah berkata : ”Dia (Kristus) disalibkan di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Dia benar-benar, dan bukan hanya tampak saja, disalibkan dan mati, disaksikan oleh makhluk-makhluk di surga, di bumi dan di bawah bumi. Dia juga bangkit pada hari yang ketiga.....Dia benar-benar mati, dan dikuburkan dan bangkit dari antara orang mati...”. Polycarpus dalam suratnya ke jemaat Filipi (tahun 110) berkata : Allah membangkitkan Tuhan kita Yesus Kristus dari antara orang mati dan memuliakan serta mendudukkan Dia di sebelah kanan takhta-Nya...” Juga ada kesaksian lainnya yang datang dari Justinus Maryr, Tertullian, dll. Dari sejarah sekuler, ada kesaksian yang datang dari sejarawan Yahudi Flavius Josephus yang dalam bukunya ”Antiquities” (18.3.3) berkata : ”...Orang ini adalah Kristus. Dan ketika Pilatus telah menyuruh menyalibkan dia oleh karena dakwaan para pemimpin di antara kita, mereka yang sejak semula telah mengasihinya tidak meninggalkan dia, karena dia menampakkan diri dalam keadaan hidup kepada mereka pada hari yang ketiga, ...”


Presenter TV AR : Ok, saya kira saya dan semua pemirsa yang menyaksikan wawancara eksklusif ini puas dengan semua argumentasi yang ada dan yakin bahwa Yesus Kristus memang benar-benar bangkit dari antara orang mati. Tapi bisakah Om Pandita menjelaskan mengapa ada begitu banyak orang yang tidak percaya akan kebangkitan Kristus ini?


Om Pandita : Menurut saya ada 2 alasan. Yang pertama adalah karena setan bekerja. Ingat bahwa setan selalu bekerja pada saat manusia mendengar suatu kebenaran rohani. Ada suatu fakta yang sangat penting untuk diperhatikan, yaitu bahwa pada waktu seseorang mendengar sesuatu dari surat kabar, majalah, TV, bahkan iklan dan gossip, ia dengan mudah percaya, tanpa meminta bukti. Tetapi kalau seseorang mendengar Firman Tuhan, maka seringkali ia tidak mau percaya sebelum ada buktinya! Mengapa? Jelas karena dalam kasus pertama, ia mendengar sesuatu yang bersifat jasmani / duniawi, sehingga setan tidak merasa perlu untuk bekerja. Tetapi dalam kasus kedua, ia mendengar suatu kebenaran rohani sehingga setan merasa perlu untuk bekerja supaya orang itu tidak percaya! Secara khusus tentang masalah kebangkitan Kristus, perlu dicamkan bahwa kepercayaan pada kebangkitan Yesus dari antara orang mati merupakan sesuatu yang sangat vital untuk keselamatan kita. Roma 10:9-10 berbunyi : “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan”. Jadi terlihat bahwa kepercayaan pada kebangkitan Yesus sangatlah penting. Orang yang percaya hal itu akan diselamatkan. Dan jelas setan tidak mau agar orang diselamatkan dan karenanya ia bekerja sedemikian rupa agar banyak orang tidak percaya pada kebangkitan Yesus.


Presenter TV AR : Jadi bisakah dikatakan bahwa para profesor dan pakar-pakar yang pintar-pintar, bahkan pendeta dan pengajar teologia yang bergelar Master Theologia (M.Th), Doktor Theologia (D.Th), dll yang tidak percaya pada kebangkitan Yesus telah ditipu oleh setan?


Om Pandita : Tepat sekali! Tapi mengingat bahwa mereka juga berusaha meyakinkan orang lain bahwa Yesus tidak bangkit maka mereka bukan hanya jadi korbannya setan tapi jadi alatnya setan, jadi kaki tangannya setan. Mereka memang pendeta tetapi bukan hamba Tuhan melainkan hamba setan!!! Mereka adalah penyesat dan nabi palsu yang kelak akan masuk ke dalam neraka!!!


Presenter TV AR : Lalu apa alasan keduanya?


Om Pandita : Alasan kedua orang sukar percaya kebangkitan Yesus adalah karena hal itu dianggap tidak rasionil / tidak masuk akal. Ini biasanya merupakan anggapan dari orang-orang yang membanggakan rasionya / kepandaiannya. Tetapi, kalau mereka sampai pada kesimpulan seperti itu, saya berpendapat bahwa itu menunjukkan kalau sebetulnya mereka justru kurang tajam / kurang teliti dalam menganalisa.


Presenter TV AR : Mengapa?


Om Pandita : Jelas sekali bahwa dalam menganalisa persoalan kebangkitan, mereka tidak memperhitungkan kuasa Allah yang tidak terbatas! Kalau mereka memperhitungkan kemahakuasaan Allah, maka jelaslah bahwa mereka tidak akan menyimpulkan bahwa kebangkitan adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Bandingkan dengan Kis 26:8 di mana Rasul Paulus berkata :“Mengapa kamu menganggap mustahil, bahwa Allah membangkitkan orang mati?”. Juga bandingkan dengan Luk 1:37 : “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.’”. Sebetulnya kelahiran seseorang ke dalam dunia, adalah suatu peristiwa yang lebih ajaib, dan lebih ‘tidak masuk akal’, dibandingkan dengan peristiwa kebangkitan. Bagaimana bisa begitu? Perhatikan kata-kata Blaise Pascal dalam ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’ (hal. 566) : “Apa alasan orang-orang ateis untuk mengatakan bahwa kita tidak dapat bangkit kembali? Yang mana yang lebih sukar, dilahirkan atau bangkit kembali? Sesuatu yang tidak pernah ada, menjadi ada, atau sesuatu yang sudah ada, menjadi ada lagi? Apakah lebih sukar untuk kembali ada dari pada untuk menjadi ada? Ya, kelahiran adalah suatu peristiwa di mana seseorang yang tadinya tidak ada, lalu menjadi ada. Ini jelas lebih ajaib / lebih tidak mungkin / lebih sukar dari peristiwa kebangkitan, di mana seseorang yang tadinya sudah ada, lalu menjadi ada lagi! Tetapi anehnya, semua orang percaya pada kelahiran, tetapi tidak percaya pada kebangkitan! Maka mereka yang menganggap diri rasional lalu tidak percaya pada kebangkitan Yesus sebenarnya tidak pantas disebut sebagai orang yang rasional. Ingat bahwa peristiwa kebangkitan Yesus adalah sebuah mujizat dan adanya sebuah mujizat adalah rasional. D. James Kennedy berkata : “Tidak logis kalau kita menyimpulkan bahwa mujizat itu tidak mungkin. Kalau kita sudah mengakui keberadaan Allah sebagai sebuah kemungkinan, maka kemungkinan terjadinya mujizat ada dengan sendirinya. Maka keberatan itu batal dengan sendirinya”. (Solving Bible Mysteries, hal. 124). Ada 2 peristiwa Kristologi yang sangat menonjol yakni kelahiran Kristus (Natal) dan kebangkitan Kristus (Paskah). Dalam 2 peristiwa ini telah terjadi mujizat dan uniknya kedua mujizat ini berlawanan. Pada peristiwa Natal, apa yang seharusnya kosong justru berisi dan dalam peristiwa Paskah, apa yang seharusnya berisi justru kosong.


Presenter TV AR : Maksud anda?


Om Pandita : Ya, pada peristiwa Natal kita melihat bahwa rahim Maria yang seharusnya kosong justru menjadi berisi dengan dikandungnya Kristus oleh Roh Kudus dan dalam peristiwa Paskah kita melihat bahwa kuburan Kristus yang seharusnya berisi (mayat Yesus) justru menjadi kosong dengan kebangkitan-Nya. Haleluyah!!!!


Presenter TV AR : Haleluyah, Puji Tuhan!!! Om Pandita, waktu kita hampir selesai, maukah anda menyampaikan suatu pesan kepada semua pemirsa TV Angin Ribut di studio maupun di rumah berkaitan dengan masalah kebangkitan Kristus ini?


Om Pandita : Ya! Kristus Yesus sudah mati bagi kita. Terlebih dari itu Ia juga sudah bangkit bagi kita. Secara teologis kita juga dapat melihat arti dari kebangkitan Kristus bagi kita yakni kebangkitan-Nya membuktikan bahwa musuh kita (iblis dan maut) sudah dikalahkan, bahwa hutang dosa kita telah dibayar lunas dan bahwa ada pola yang menunjukkan apa yang akan dialami oleh orang-orang yang percaya yakni dibangkitkan seperti Kristus kelak (1 Kor 6:14; 2 Kor 4:14). Satu hal yang perlu disadari adalah bahwa kebangkitan Kristus menunjukkan kesuperioran-Nya dibandingkan dengan tokoh lainnya. Stephen Tong dalam artikelnya ”Kebangkitan Yesus” (hal. 4) berkata : ”Kubur dari pendiri-pendiri agama masih terisi dan pengikut mereka tetap kosong. Tetapi kuburan Yesus sudah kosong dan pengikutNya yang diisi”. Beliau melanjutkan : Kong Hu Cu akhirnya meninggal dan Budha juga mati, akhirnya pengikut-pengikutnya pun mati. Pendiri-pendiri agama lain juga adalah manusia yang berdosa yang akan mati, termasuk semua pengikutnya. Tetapi ketika engkau mengikut Yesus dan waktu mengikut Dia sampai ke kuburan engkau menemukan kalimat mengapa engkau mencari orang yang hidup di tengah-tengah orang yang mati. Perkataan ini memberikan pengharapan dengan kualitas yang berbeda, karena di dalam kubur Yesus ada kalimat yang mengatakan Ia tidak di sini. Yesus tidak bisa ditemukan di kuburan. Yang ke kuburan tidak bisa menemukan Yesus, yang ke kuburan bertemu dengan tengkorak; tengkorak Plato, Heraklitos, Herodotus, tengkorak dari orang-orang yang paling besar dalam sejarah. Tulang belulang dari Muhammad, Napoleon, Jenghis Khan, Hanibal, Stalin, dan akhirnya nanti tulang-tulang kita. Semua ada di kuburan, tetapi kita tidak akan menemukan tulang Yesus! (hal. 4). Karena hal ini jugalah yang membuat kekristenan berbeda sekaligus unggul dari agama mana pun juga. Tak ada satu agama yang besar di dalam dunia mempunyai konsep kebangkitan sebelum Yesus datang ke dalam dunia. Jangankan fakta, konsep pun tidak ada. Demikian kata Pdt. Dr. Stephen Tong (hal. 1). Beliau menjelaskan : ”Percaya kepada kebangkitan merupakan suatu sistem iman kepercayaan yang tidak ada di dalam agama yang tidak diwahyukan. Sistem keagamaan dan iman tentang kebangkitan merupakan suatu pewahyuan yang khusus dari Tuhan sendiri. Di luar kekristenan hanya ada konsep sebagai wahyu yang samar-samar, yang kurang jelas pernah lewat dalam pikiran manusia” (hal. 1). Tepat sekali, konsep dan fakta kebangkitan Kristus adalah nilai plus bagi kekristenan di antara berbagai agama di dunia ini dan ini juga membuat orang Kristen menjadi orang yang paling berbahagia karena mereka memiliki pengharapan yang menembusi kekekalan sebagaimana kata Soren A. Kieerkegaard : ”Jikalau pengharapan Kristen tidak sampai pada kekekalan maka sesungguhnya kita adalah orang-orang yang paling malang di dunia dan paling patut dikasihani”. Faktanya tidak demikian bukan? Kembali Pdt. Stephen Tong berkata : Karena Yesus bangkit kita bukan orang yang paling malang melainkan orang yang paling berpengharapan di dalam Dia” (hal. 4). Terpujilah Kristus yang telah mati dan bangkit bagi kita. Soli Deo Gloria!!!


Presenter TV AR : Om Pandita, sepertinya pesan anda tadi ditujukan kepada orang-orang yang percaya pada Kristus! Apakah anda juga ingin menyampaikan pesan kepada pemirsa yang mungkin saja belum percaya pada Kristus?


Om Pandita : Ya! Bagi anda yang belum percaya kepada Kristus, anda harus ingat bahwa anda tidak bisa memungkiri fakta bahwa anda adalah orang berdosa. Dan hukuman bagi orang berdosa adalah kematian kekal di dalam neraka. Anda hanya bisa diselamatkan kalau ada orang yang mau mengganti anda menanggung dosa-dosa anda. Kecuali itu, anda harus menanggung dosa anda sendiri dan itu akan membuat anda terlempar ke dalam neraka. Kristus Yesus telah mati menanggung dosa dunia ini dan Ia juga sudah bangkit dari kematian. Asal anda percaya pada Dia maka dosa-dosamu ditanggungNya dan disucikan oleh darahNya. Yoh 3:16 berkata : ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Kalau anda percaya kepadaNya maka anda akan memperoleh hidup yang kekal. Tapi jika tidak maka anda akan binasa selamanya di neraka. Seorang pernah berkata : “Ada lebih banyak harapan untuk orang berdosa yang sadar akan dosanya sendiri dari pada untuk orang suci yang menipu dirinya sendiri”. Dan seorang lain berkata : HIDUP DENGAN KRISTUS ADALAH PENGHARAPAN YANG TIDAK ADA AKHIR, HIDUP TANPA KRISTUS ADALAH AKHIR YANG TIDAK ADA PENGHARAPAN”. Sekarang saya ingin menantang anda, maukah anda membuka hati dan menerima Kristus? Keputusan ada di tangan anda!


Presenter TV AR : Baiklah Om Pandita, waktu kita sudah habis dan terima kasih atas kesediaan anda hadir dalam acara wawancara ini. Dan bagi pemirsa di studio dan di rumah, demikian tadi wawanca kita dengan Om Pandita Banyak Tahu dari negeri Antabaranta. Kita berharap di lain kesempatan Om Pandita Banyak Tahu bisa hadir dalam acara wawancara eksklusif kita ini lagi. Akhirnya saya, Joko Halilintar undur diri dari hadapan anda. ”Bye...bye....




Tidak ada komentar: