Selasa, 08 Januari 2008

I. ARTI TRITUNGGAL


Esra Alfred Soru




Sebelum kita membahas arti Tritunggal, maka pertama-tama yang harus dipikirkan adalah tentang masalah terminologi (penggunaan istilah) dalam konteks ini. Selain Tritunggal, kata lain yang sering dipakai adalah kata Trinitas (Ing: Trinity). Louis Berkhof berkata bahwa kata bahasa Inggris Trinity tidaklah seefektif kata bahasa Belanda Drie enheid sebab kata itu bisa saja hanya untuk menunjukkan arti tiga tanpa adanya implikasi kesatuan dari ketigaannya. (Louis Berkhof; Teologi Sistematika (Doktrin Allah); 1993: 145). Karena itu selain kata ini banyak digunakan, tetapi demi ketidaksimpangan pengertian, lebih baik digunakan kata Tritunggal.


Secara etimologi, kata Tritunggal berasal dari kata bahasa Latin Trinitas yang terdiri dari dua kata, yaitu tres yang artinya tiga, dan unus yang berarti esa, tunggal atau satu. (Thomas N. Raltson: Elements of Divinity; 1924: 58). Jadi, Tritunggal artinya tiga satu. Tiga satu apa? Atau apa yang tiga satu ? Memang sulit mengartikan kata ini di luar konteks kekristenan, sebab kata ini secara eksklusif hanya digunakan dalam dunia teologia Kristen, sehingga arti yang dikenakan kepadanya menjadi eksklusif pula.


Adapun pengertian Tritunggal (tiga satu) ini dalam konteks teologia Kristen adalah pengertian yang seimbang antara tiga dan satu. Penekanan terhadap tiga dan mengabaikan satu ataupun penekanan terhadap satu dan mengabaikan tiga, menjadikan kata ini kehilangan pengertiannya yang benar di dalam teologia Kristen. Pandangan para teolog Injili biasanya adalah pandangan dengan konsep seperti di jelaskan di atas. Seperti pandangan yang dikemukakan oleh Warfield bahwa ada satu Allah yang benar dan satu-satunya, tetapi di dalam keesaan dari keallahan ini ada tiga pribadi yang sama kekal dan sepadan, sama di dalam hakikat, tetapi berbeda di dalam pribadi (Charles C. Ryrie; Basic Theology; 1988: 53). Pandangan A.W.Tozer mengatakan bahwa di dalam Tritunggal ini tidak ada yang lebih dahulu atau lebih kemudian, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil, tetapi ketiga pribadi itu sama-sama kekal, bersama-sama, dan setara (A.W.Tozer: Mengenal Yang Maha Kudus; 1995: 35; lihat juga Peter Wongso: Doktrin Tentang Allah (Diktat); 1988: 31). Mungkin pandangan yang paling lengkap adalah pandangan atau pengertian yang disampaikan oleh Stephen Tong : “Doktrin Tritunggal termasuk doktrin monoteisme yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa. Dan Allah Yang Maha Esa itu mempunyai tiga pribadi, bukan satu. Pribadi pertama adalah Allah Bapa, pribadi kedua adalah Allah Anak (Yesus Kristus) dan pribadi ketiga Roh Kudus. Tiga pribadi bukan berarti tiga Allah, dan satu Allah bukan berarti satu pribadi. Tiga pribadi itu mempunyai satu esensi atau sifat dasar (Yunani: Ousia; Inggris : substance) yang sama, yaitu Allah. Allah Bapa adalah Allah, Allah Anak adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah, namun ketiga-Nya mempunyai satu ousia, yaitu esensi Allah”. (Stephen Tong ; Allah Tritunggal; 1990 : 20-21).


Dengan demikian dalam konteks teologia Kristen yang memahami Allah sebagai tiga pribadi dalam satu kesatuan, maka penekanan terhadap “keesaan” atau “ketigaan-Nya” saja, membuat doktrin ini kehilangan artinya, sekaligus menyebabkan kejatuhan ada dua ekstrim. Yaitu, pandangan yang menganggap adanya tiga Allah, dan pandangan yang menganggap adanya satu Allah dan menyatakan diri dalam tiga keadaan yang berbeda. Jadi, pengertian yang benar adalah pengertian yang mampu mengakomodasi kedua konsep ini (keesaan dan ketigaan), atau dengan kata lain mampu menyeimbangkan antara keesaan (ketunggalan) dan ketritunggalan Allah.

1 komentar:

It's me, Mey mengatakan...

Waduh tulisan tentang Allah Tritunggal emang puanjang, tapi lebih mudah kalo dengar kuliahnya ya... Bisa nanya, pake ilustrasi dan gak terlalu serius tapi langsung ngerti..
EG, libur kuliahnya jangan lama - lama ya...